MatPel Sekolah

Mata Pelajaran Sekolah Kamu

MAKALAH TEATER WAYANG KERTE SITUBONDO









Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan MakalahSeni Budaya tentang”Teater Tradisional Wayang Kerte”
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Endang selaku guru Seni Budaya yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada tim anggota kelompok kami yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Makalah Teater Tradisional Wayang Kerte ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Seni Budaya yang dibimbing oleh Ibu Endang .
Dalam makalah dengan tema Wayang Kerte membahas tentang kesenian teater tradisional Situbondo dan karakteristik topeng kerte.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.


Surabaya, 20 Januari 2016











BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Situbondo adalah kota yang terkenal dengan makanan khasnya yaitu
Tajin Palappa dan Tape. Kabupaten Situbondo terletak di pesisir utara pulau Jawa. Perekonomian Situbondo tampak aktif karena letaknya yang strategis dan merupakan jalur transportasi darat Jawa–Bali. Beragam kesenian tradisional yang terdapat di Kabupaten Situbondo seperti macanan,ojhung, dan wayang topeng. Desa Kotakan yang terletak di ujung selatan kecamatan Situbondo merupakan desa yang tingkat kesuburan tanahnya tinggi, sehingga persawahan dan perkebunan rakyat menunjukkan hasil produksi yang bagus. Perekonomian masyarakat Desa Kotakan Kabupaten Situbondo didapat dari beberapa hasil produksi diantaranya bertani, beternak, buruh, berdagang, dan memanfaatkan barang-barang bekas. Masyarakat Desa Kotakan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang kuat. Kehidupan tradisional di Desa Kotakan mempunyai potensi yang akan dikenal masyarakat di luar desa. Juga membentuk kerukunan, kekeluargaan dan kerja sama untuk menjunjung tinggi kebudayaan yang dimiliki desa. Kebudayaan yang sampai saat ini masih dilestarikan, yaitu patrol yang diadakan setiap memperingati hari kemerdekaan Indonesia, adanya  beberapa kelompok hadrah, pencak silat, dan kesenian tradisional yang masih eksis di kabupaten Situbondo seperti Topeng
Kerteyang sampai saat ini masih sering ditampilkan pada acara hajatan, petik laut, dan sering  juga mengikuti perlombaan di luar kota. Topeng yang di  produksi di Desa Kotakan Kecamatan Situbondo Kabupaten Situbondo, sudah sangat dikenal masyarakat. Beberapa wilayah di kabupaten Situbondo, Banyak seniman pembuat topeng dan sekaligus pemain wayang topeng. Wayang topeng Situbondo lahir sekitar tahun 1950-an yang dikenal dengan nama Topeng Kerte. Topeng Kerte banyak di produksi untuk pertunjukan sekaligus sebagai kesenian yang dimiliki kabupaten Situbondo. Pembuat topeng berasal dari daerah di lapisan kota Situbondo, baik di Desa Kotakan maupun daerah lainnya. Pada era globalisasi saat ini dengan datangnya dunia modern, Seniman pembuat Topeng Kerte sudah sangat jarang ditemukan di Kabupaten Situbondo, karena kesenian tradisional Topeng Kerte sudah mulai ditinggalkan pendukungnya dan kurang diminati masyarakat. Di era modern ini sulit menemukan seniman Topeng dibeberapa wilayah terutama di Situbondo, hanya senior dan sesepuh yang masa mudanya sangat berperan aktif mengangkat budaya tersebut. Ada juga yang masih  bertahan sampai saat ini membuat topeng Kerte, tetapi karena usianya yang sudah tua, tidak bisa memproduksi topeng berjumlah banyak. Peneliti bermaksud ingin mengetahui bentuk visual kesenian Topeng Kerte dari Desa Kotakan yang menjadi ciri khas kota Situbondo, mulai dari unsur-unsur visual Topen Kerte, karakteristik Topeng Kerte
.Selain itu  perkembangan kesenian topeng di Situbondo mulai menurun disebabkan oleh beberapa faktor yaitu  banyaknya generasi muda yang belum mengetahui secara  jelas sejarah Topeng Kerte di Situbondo. Pada saat itu Topeng Kerte di Situbondo menjadi salah satu kesenian yang menarik dan sangat populer di kalangan masyarakat. Minat generasi muda terhadap kesenian Topeng Kerte saat ini sangatlah rendah, kesenian topeng Situbondo sudah hampir mencapai punah. Alasan tersebut, membuat peneliti sangat ingin membangun kembali minat generasi muda untuk ikut serta melestarikan kesenian Topeng Kerte agar ikon budaya kota Situbondo tetap terjaga keasliannya. Peneliti sangat tertarik mengangkat kembali budaya yang telah lama ditinggalkan. Dengan harapan menjadi pemuda yang bisa  berperan dalam melestarikan kesenian Topeng Kerte khas Situbondo yang bertempatkan di salah satu desa yaitu Desa Kotakan Kabupaten Situbondo


B. Rumusan masalah
  1. Bagaimana karakteristik wayang kerte?
  2. Mengapa wayang kerte sudah jarang di pentaskan?


C. Tujuan
  1. Untuk mengetahui karakteristik pada wayang kerte
  2. Untuk mengetahui tentang kesenian wayang kerte
BAB II
Pembahasan


Asal-usul berkembangnya Topeng Kerte di Situbondo Topeng  Kerte lahirnya di daerah Panarukan, Pesisir kecamatan Panarukan. Berdirinya Topeng Kerte di Situbondo pada tahun 1953. Nama printisnya adalah Kertesuwignyo. Masyarakat Situbondo lebih mengenal  pertunjukkan ini dengan sebutan Kerte
yang berarti diambil dari nama perintisnya. Jadi itu bukan nama sebuah organisasi, melainkan nama seorang dalang. Sampai sekarang pertunjukkan topeng dalang madura dikenal di Situbondo dengan nama perintisnya. Seperti Topeng Kerte dan topeng  Kadaryono. Dalang  pertunjukkan topeng di Situbondo lebih pantas disebut topeng dalang Madura, tetapi masyarakat lebih mengenal  pertunjukan topeng tersebut dengan sebutan perintisnya. Banyak dalang-dalang berbakat di Situbondo, yaitu Suwono, Sabar, Kadaryono, dll. Tetapi orang-orang itu sudah lanjut usia dan sudah berhenti melestarikan topeng dalang ini. Hanya Kadaryono yang sampai saat ini masih eksis menjadi dalang pada pertunjukan Kerte ini. Masyarakat Situbondo lebih mengenal pertunjukan topeng dalang Madura dengan sebutan Topeng Kerte, karena Kertesuwignyo merupakan perintis pertama.
Pada saat ini jarang diadakan pementasan kesenian Topeng Kerte disebabkan karena salah satunya adalah secara umum tergesernya kesenian tradisional dengan kesenian modern yang lebih praktis, murah dan mudah serta mengikuti jaman.
Tidak adanya minat generasi muda untuk melestarikan budaya lokal ini merupakan penyebab kesenian Topeng Kerte hampir punah, padahal Topeng Kerte sangat memiliki karakteristik yang berbeda dengan topeng lain.
Wayang atau topeng Kerte ini merupakan perkembangan dari Wayang Topeng Madura yang dibawa oleh seorang dalang yang hijrah ke situbondo bernama Kerte. Karena popularitas Kerte, maka masyarakat menyebutnya sebagai Topeng Kerte atau Wayang Kerte.
Dalam pementasannya teater ini juga terdapat penari topeng Kerte Tari Topeng Kerte ini menggambarkan sosok gadis desa yang gigih budayanya. Setiap penari membawa dua topeng warna merah dan putih sebagai lambang Kesatuan Negera Republik Indonesia. tarian Topeng Kerte sendiri berasal dari kebudayaan lokal. Tarian ini menggambarkan seorang putri pemberani dari Panarukan yang tak takut  saat melawann penjajah Belanda
Situbondo merupakan salah satu daerah yang memiliki beragam kesenian, salah satunya pertunjukan Topeng Kerte yang lahir sekitar tahun 1950-an didirikan oleh Kertesuwignyo. Pada saat itu eksistensi Topeng Kerte sangat dikenal dan diminati masyarakat Situbondo. Kertesuwignyo mengembangkan kesenian tersebut secara turun temurun.
























Kesimpulan
Teater tradisional wayang kerte merupakan kesenian khas asli Situbondo yang saat ini sudah mulai jarang dipentaskan atau dijumpai.Masyarakat Situbondo lebih mengenal pertunjukan topeng dalang Madura dengan sebutan Topeng Kerte, karena Kertesuwignyo merupakan perintis pertama. Karakteristik kesenian wayang kerte hampir mirip dengan kesenian wayang yang ada di Madura. Sekarang ini banyak generasi muda yang kurang mengetahui tentang keberadaan wayang kerte sehingga wayang kerte jarang di tampilkan.


Penutup


Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin.
















Daftar Pustaka


10 Pahlawan Wanita di Indonesia












1. Tjoet Nja’ Dhien
Biodata
Nama : Tjoet Nja’ Dhien
Asal Daerah : Aceh
Penganugrahan : 2 Mei 1964
Lahir : Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848.
Wafat : Sumedang Jawa Barat 6 November 1908.
Perjuangan
Bersama suaminya, Teuku Umar, beliau memimpin perang melawan pasukan Belanda sejak tahun 1880.
2. Tjoet Nja’ Meutia
Biodata
Nama : Tjoet Nja’ Meutia
Asal Daerah : Aceh
Penganugrahan : 2 Mei 1964
Lahir : Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870
Wafat :  Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910.
Perjuangan
Melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad.
3. Raden Adjeng Kartini
Biodata
Nama : Raden Ajeng Kartini
Asal Daerah : Jawa Tengah
Penganugrahan : 2 Mei 1964
Lahir : Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879
Wafat : Rembang, 17 September 1904
Perjuangan
Pelopor kebangkitan perempuan karena pikiran dan pandangannya mengenai emansipasi wanita.
4. Raden Dewi Sartika
Biodata
Nama : Raden Dewi Sartika
Asal Daerah : Jawa Barat
Penganugrahan : 1 Desember 1966
Lahir : Bandung, 4 Desember 1884
Wafat : Tasikmalaya, 11 September 1947
Perjuangan
Tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita dengan mendirikan Saloka Istri pada tahun 1904.


5. Martha Christina Tiahahu
Biodata
Nama : Martha Christina Tiahahu
Asal Daerah : Maluku
Penganugrahan : 20 Mei 1969
Lahir : Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800
Wafat : Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1801
Perjuangan
Mengangkat senjata terjun langsung dalam perang melawan Belanda membantu ayahnya yang merupakan pembantu Kapitan Pattimura.  
6. Maria Walanda Maramis
Biodata
Nama : Maria Walanda Maramis
Asal Daerah : Sulawesi Utara
Penganugrahan : 20 Mei 1969
Lahir : Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872
Wafat : Maumbi, Sulawesi Utara, 22 April 1924
Perjuangan
Memperjuangkan pendidikan dan pemberdayaan bagi kaum ibu-ibu dengan mendirikat organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917. Pada tahun 1919, beliau memperjuangkan agar wanita memiliki hak suara di lembaga perwakilan Minahasa Raad.
7. Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan
Biodata
Nama : Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan
Asal Daerah : Daerah Istimewa Jogjakarta
Penganugrahan : 22 September 1971
Lahir : Kauman, Jogjakarta 1872
Wafat : Kauman, Jogjakarta 31 Mei 1946
Perjuangan
Beliau memperjuangkan pendidikan bagi kaum wanita dengan mengadakan pengajian untuk kalangan wanita yang akhirnya berkembang menjadi Lembaga ‘Aisyiyah dalam organisasi Muhammadiyah.










8. Nyi Ageng Serang

Biodata
Nama : Nyi Ageng Serang
Asal Daerah : Jawa Tengah
Penganugrahan : 13 Desember 1974
Lahir : Purwodadi, Jawa Tengah, 1752
Wafat : Yogyakarta, 1828
Perjuangan
Pemimpin daerah Serang, beliau memimpin pasukan dari tandu, membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda selama 3 tahun.
9. Hj. Rangkayo Rasuna Said
Biodata
Nama : Hj. Rangkayo Rasuna Said
Asal Daerah : Sumatera Barat
Penganugrahan : 13 Desember 1974
Lahir : Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910
Wafat : Jakarta, 2 November 1965
Perjuangan
Pernah dipenjara Belanda pada tahun 1932 karena memprotes ketidakadilan Pemerintah Hindia Belanda. Pernah duduk menjadi anggota DPR-RIS dan Dewan Pertimbangan Agung. Semasa hidupnya, beliau juga aktif memperjuangkan persamaan hak pria dan wanita.
10. Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto
Biodata
Nama : Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto
Asal Daerah : Jawa Tengah
Penganugrahan : 30 Juli 1996
Lahir : Surakarta, Jawa Tengah, 23 Agustus 1923
Wafat : Jakarta, 28 April 1996
Perjuangan
Pada masa revolusi kemerdekaan, ia bergabung ke Laskar Puteri Indonesia, membantu menyelenggarakan dapur umum serta bantuan kesehatan bagi pejuang Indonesia. Semasa menjadi Ibu Negara, ia dikenal dengan gagasan proyek monumentalnya, terutama Taman Mini Indonesia Indah, Taman Buah Mekarsari, Perpustakaan Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais, dan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.