MatPel Sekolah

Mata Pelajaran Sekolah Kamu

SURAT PERJANJIAN SEWA KONTRAK RUMAH TERBARU

 

SURAT PERJANJIAN SEWA KONTRAK RUMAH

 

Yang bertanda tangan dibawah ini kami :

I.                    Nama                     :

Alamat                   :

                               

Pekerjaan               :

No. Kontak            :

Selanjutnya disebut sebagai pihak ke I ( Pemilik Rumah )

Mengadakan perjanjian dengan :

 

II.                 Nama                     :

Alamat                   :

                              :

Pekerjaan               :

No. Kontak            :

Selanjutnya disebut sebagai pihak ke II ( Pengontrak Rumah )

 

1.         Pihak ke I mengontrakkan rumah yang terletak diatas tanah dengan alamat ……………………………………………………………………………………………

kepada Pihak ke II selama 1 (satu) tahun dengan besar kontrak Rp3.500.000,- (tiga juta lima ratus rupiah ).

2.         Permulaan mengontrak pada tanggal …………selama 1 ( satu tahun dan berakhir habisnya kontrakan sampai dengan ………………

3.         Tepat tanggal…………….. rumah tersebut harus dikosongkan dan pihak ke II keluar dari rumah tersebut,kecuali ada perjanjian dan perundingan baru dengan pihak ke I

4.         Rumah tersebut tidak boleh dioperkan dipindahkan kepada orang lain oleh pihak ke II (pengontrak) tanpa seijin pihak ke I ( pemilik rumah ).

5.         Apabila pihak ke II ( pengontrak ) pindah rumah atau keluar rumah tersebut atas kemauan sendiri sebelum habis masa kontraknya, maka pihak ke I tidak mengembalikan sisa uang kontrakkan kepada Pihak ke II.

6.         Rumah tersebut tidak boleh ditambah Kepala Keluarga (KK) lagi,kecuali Kepala Keluarga (KK) yang disebut pihak ke II ( pengontrak ).

7.         Selama mengontrak rumah tersebut didalam pemeliharaan kebersihan dan kerusakan kecil – kecil ditanggung oleh pihak ke II.

8.         Pihak ke II diwajibkan untuk membayar rekening listrik PLN yang sesuai dengan penggunaan jasa listrik.

9.         Perjanjian kontrak rumah ini antara keduanya telah mufakat dan setuju, selanjutnya dikukuhkan dengan sama – sama untuk tanda tangan. 

            Mojokerto,                   2019

                        Pihak Ke I                                            Pihak Ke I1

 

 

           

    

Saksi :

 

 

                                                                       

Cerita Fabel Babi dan Domba

Cerita Fabel Babi dan Domba











 

 

Pada suatu desa yang cukup jauh dari kota, ada beberapa keluarga yang tinggal di dalamnya. Tepatnya ada di suatu lembah hijau disertai dengan pepohonan yang sangat rimbun. Keluarga yang tinggal tersebut mempunyai peliharaan babi dan juga domba yang snagat terkenal. Mereka mempekerjakan beberapa pekerja yang tinggal di sekitar lembah untuk memberi makan babi dan domba.

Selain memberi makan, mereka juga harus membersihkan keduanya. Jika bulu dombanya sudah lebat, maka para pekerja harus memotongnya dan menjual bulu tersebut ke pasar. Begitu pula dengan babi, jika beratnya sudah cukup para pekerja harus menjualnya ke kota. Jumlah dari domba dan babi di sana cukup banyak sehingga itu menarik minat para pembeli.

Dan konon katanya, pada masa itu binatang bisa berbicara satu sama lain yang tidak dimengerti oleh bahasa manusia. Kebetulan babi dan domba tersebut letak kandangnya berdekatan sehingga mereka bisa berbicara satu sama lain.

Sehari-hari, kadang suara babi dan domba ribut dan itu tidak diketahui oleh manusia bahwa mereka sedang berbicara. Saat hari jualan babi tiba, biasanya babi dengan ukuran yang besar ditimbang dan diserahkan kepada para pembeli.

Suatu hari, seekor babi yang masih muda dan ukurannya cukup besar akan dijual. Namun ia sulit saat hendak ditangkap. Namun, para pekerja akhirnya berhasil menangkap dan mengikat dua pasang kaki babi tersebut.

Babi muda tersebut berteriak dan meronta. Melihat hal itu, kawanan domba pun berteriak.

Dasar penakut”

Kemudian salah satu dari kawanan domba menambahkan “mengapa kamu menangis dan teriak denga gaduh. Padahal temanmu yang lain jarang melakukan sesuatu yang sama. Mereka pasrah dengan nasib sekalipun harus disembelih”

Mendengar hal tersebut, salah satu babi dewasa berkata “Hai domba sok bijak, kamu bisa berkata begitu karena tidak mengalami apa yang kami alami. Kamu hanya dicukur bulunya tanpa harus disembelih. Namun lihat kami, kami diambil dan tak lama lagi nyawa kami hilang. Hidup kami tentulah tidak senikmat hidup kalian. Begitu tegakah engkau mengejek anak babi yang sedang diujung kematian?”

Sejak saat itu, kandang domba menjadi sunyi dan senyap. Mereka merenungkan apa yang sudah disampaikan oleh salah satu babi tersebut. Dan akhirnya merekapun sadar bahwa mereka lebih beruntung dari pada babi. Lalu merekapun meminta maaf kepada babi dewasa yang tadi.