Puji syukur saya
ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia- Nya saya masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa saya ucapkan
kepada para Guru kami yang senantiasa membimbing kami dalam setiap pelajaran,
Kedua orang tua kami, yang selalu mendoakan kami. Serta teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah yang berjudul Dampak Positif
dan Negatif Modernisasi terhadap Pembangunan Sosial Budaya.
Penulis berharap semoga
makalah ini dapat diterima oleh pihak yang terkait dan menghasilkan laporan
yang bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Surabaya, Februari 2016
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti
dengan kemajuan teknologi. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan dalam bidang teknologi
guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
melibatkan Negara-negara lain. Dalam banyak proyek pengembangan ilmu
pengetahuan seperti penelitian-penelitian, beasiswa, dan institusi pendidikan,
Negara-negara lain banyak terlibat baik dari segi pembiayaan maupun segi pengadaan
fasilitas.
Modernisasi berarti proses menuju masa
kini atau proses menuju masyarakat yang modern. Modernisasi dapat pula berarti
perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern. Jadi,
modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang
dimiliki masyarakat modern. Selain itu, ini juga menunjukkan suatu proses dari
serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material
dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan
fungsional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah yang dimaksud modernisasi dan
bagaimana sejarahnya?
2) Apa saja teori-teori modernisasi?
3) Bagaimana syarat modernisasi?
4) Bagaimana gejala modernisasi?
5) Bagaimana dampak positif dan negatif modernisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan
masalah diatas, penulisan makalah ini dimaksudkan untuk:
1) Mengetahui pengertian Modernisasi dan
sejarahnya.
2) Mengetahui teori-teori modernisasi.
3) Mengetahui syarat-syarat suatu modernisasi.
4) Mengetahui gejala modernisasi di indonesia.
5) Mengetahui dampak positif dan negatif
teknologi modernisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Sejarah Modernisasi
1. Pengertian Modernisasi
Modernisasi merupakan suatu proses
perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang
telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19.
Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya
serta juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika.
Modernisasi diartikan
sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang
tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang
modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai
berikut.
Widjojo Nitisastro,
modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang
tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke
arah pola-pola ekonomis dan politis.
Soerjono Soekanto, modernisasi adalah
suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu
perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian
di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai
berikut:
1) Modern berarti berkemajuan yang rasional
dalam segala bidang dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara
menyeluruh dan merata.
2) Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi
nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.
2. Sejarah
Modernisasi
Teori modernisasi lahir sebagai
tanggapan ilmuwan sosial Barat terhadap Perang Dunia II. Teori ini muncul
sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang ideologi melawan sosialisme yang
pada waktu itu sedang populer. Bersamaan dengan itu, lahirnya negara-negara
merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekas jajahan Eropa melatar
belakangi perkembangan teori ini. Negara adidaya melihat hal ini sebagai peluang
untuk membantu Negara Dunia Ketiga sebagai upaya stabilitas ekonomi dan
politik.
Di awal perumusannya tahun 1950-an,
aliran modernisasi mencari bentuk teori dan mewarisi pemikiran-pemikiran dari
teori evolusi dan fungsionalisme. Teori evolusi dan fungsionalisme pada waktu
itu dianggap mampu menjelaskan proses peralihan masyarakat tradisional menuju
masyarakat modern di Eropa Barat, selain juga didukung oleh para pakar yang
terdidik dalam alam pemikiran struktural-fungsionalisme. Teori evolusi menggambarkan perkembangan
masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya
dalam karya-karya Spencer dan Comte.
Teori fungsionalisme dari Talcott Parsons beranggapan bahwa masyarakat
tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang
saling bergantung.
Selain itu, teori modernisasi pun
didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser dengan teori diferensiasi
strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses modernisasi, ketidakteraturan
struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi
dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Sedangkan
Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi. Ia
merumuskannya ke dalam teori tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu tahap
masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas landas, bergerak ke
kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal yang tinggi. Di samping
itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti Coleman dengan
diferensiasi dan modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang menekankan
penyediaan modal untuk investasi pembangunan, McClelland dengan teori need for
Achievement (n-Ach)-nya, Weber dengan “Etika Protestan”-nya, Hoselitz yang
membahas faktor-faktor nonekonomi yang ditinggalkan Rostow yang disebut faktor
“kondisi lingkungan”, dan Inkeles yang mengemukakan ciri-ciri manusia modern.
Satu hal yang menonjol dari teori ini
adalah modernisasi seolah-olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang
dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat
dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor eksternal menjadi terabaikan.
Teori modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu Dunia Ketiga termasuk
kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi
negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional
dan kemudian melembagakan demokrasi politik.
Karena berpatokan
dengan perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan dengan westernisasi.
Teori ini pun kurang mampu menjawab kegagalan penerapannya di Amerika Latin,
tidak memperhatikan kondisi obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang
masih berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk menjawabnya, muncullah teori
modernisasi baru. Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi dianggap sebagai
penghalang pembangunan, dalam teori modernisasi baru, tradisi dipandang sebagai
faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja baik teori modernisasi klasik,
maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut
kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
2.2 Teori Modernisasi
Berdasarkan pada teori pembagian
kerja secara internasional, maka secara umum di dunia ini terdapat dua kelompok
negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil pertanian dan kelompok
negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi
hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi
setelah beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca
perdagangan kedua kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi
barang industri mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan
negara yang memproduksi hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang
menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari permasalahan diatas maka
muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang
menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat di
dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori
modernisasi yaitu :
1) Teori Harrod – Domar : Modal dan Investasi
Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli
ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi pembangunan yang menekankan pada
penyediaan modal dan investasi. Mereka berkesimpulan bahwa pembangunan akan
berhasil dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
tingginya modal dan investasi.
2) Teori Max Weber : Etika Protestan
Max Weber adalah seorang sosiolog jerman
yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori Max Weber menekankan tentang
nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran agama dalam pembentukan
kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini mempunyai peran yang
menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana.
3) Teori David McCleland : Dorongan
Berprestasi atau n-Ach
David McCleland adalah seorang ahli
psikologi sosial. Teori ini menekankan pada aspek-aspek psikologi individu.
Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses pembangunan berarti membentuk
manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau manusia wiraswasta ini dapat
dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam masyarakat
tersebut dapat terlaksana dengan baik.
4) Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi,
perhatiannya bukan hanya pada masalah ekonomi dalam arti sempit tetapi juga
meluas pada masalah sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik berat
analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan
merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat
yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Untuk menuju ke proses ini maka rostow
membaginya menjadi lima tahap, yaitu :
a. Masyarakat tradisional
Perlunya penguasaan ilmu pengetahuan agar
kehidupan dan kemajuan masyarakat dapat berkembang.
b. Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini memerlukan adanya campur tangan
dari luar atau masyarakat yang sudah maju. Dengan campur tangan dari luar ini
maka mulai berkembang ide pembaharuan.
c. Lepas landas
Periode ini akan ditandai dengan
tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak ke kedewasaan
Periode ini ditandai perkembangan
industri yang sangat pesat dan memantapkan posisinya dalam perekonomian global.
Barang-barang yang tadinya di inpor, sekarang dapat diproduksi di dalam negeri.
Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga barang
modal.
e. Zaman konsumsi masal yang tinggi
Pada periode ini konsumsi tidak lagi
terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan meningkat ke kebutuhan
yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar menjadi
kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah
merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan
secara terus menerus.
Selain itu juga teori
Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke proses lepas
landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi tiga kondisi
yang saling berkaitan, yaitu :
a)
Peningkatan investasi pada sektor produktif
b)
Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi.
c)
Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan
berbagai dorongan gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang
mungkin terjadi terjadi dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar
sebagai hasil dari lepas landas, disamping itu juga lembaga-lembaga ini bisa
membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses berkesinambungan.
Dengan memperhatikan
tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap konsumsi masal
yang tinggi akan tercapai.
5) Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non
Ekonomi
Teori Hoselitz membahas tentang
faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow. Teorinya menekankan
pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan menjelang lepas landas. Menurut
Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya sekedar masalah kekurangan
modal, tetapi ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya
ketrampilan kerja tertentu, yang termasuk didalamnya tenaga wiraswata yang
tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan perubahan kelembagaan pada masa
sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan modal menjadi lebih
produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan
administrasi, serta ketrampilan teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karena
itu, bagi Hoselitz pembangunan membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur, yaitu
:
a) Pemasokan modal besar dan perbankan
Dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa
menggerakan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke kegiatan yang produktif.
Ia menyebutkan lembaga perbankanlah yang lebih efektif. Tanpa lembaga-lembaga
seperti ini, maka modal besar yang ada sulit dikumpulkan sehingga bisa menjadi
sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan.
b) Pemasokan tenaga ahli dan terampil
Tenaga yang dimaksud adalah tenaga
kewiraswataan, administrator profesional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan, dan
tenaga manajerial yang tangguh. Disamping itu juga perlu di dukung dengan
perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum masyarakat
melakukan lepas landas.
6) Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith :
Manusia Modern
Teori Alex Inkeles dan David Smith
menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini lingkungan pekerjaan.
Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor manusia sebagai komponen
penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini
mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan
terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan,
punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam.
Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara
mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang
tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia
dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan
lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah
dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka
berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif untuk mengubah
manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. Penemuan ini
juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa
sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya
merupakan perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam
menciptakan manusia yang akan membangun maupun dalam mempersiapkan sarana material
untuk pembangunan itu sendiri. Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini
adalah sama.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
dari persoalan mengenai mengapa ada Negara-negara yang tertinggal (miskin).
Bagi teori modernisasi cukup jelas, bahwa negara-negara tersebut belum maju
atau masih bersifat tradisional atau belum berhasil lepas landas karena baik
orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat tersebut belum
modern sehingga tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi
permasalahan ini perlu diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau
lembaga modern untuk menopang proses pembangunan. Demi maksud ini maka perlu
campur tangan dan dukungan dari Negara-negara yang sudah maju atau modern.
2.3 Syarat-Syarat Suatu Modernisasi
Selain dorongan modernisasi, terdapat pula
syarat-syarat modernisasi. Menurut Soerjono Soekanto, syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking)
yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam kalangan pemerintah maupun
masyarakat luas.
2. Sistem administrasi Negara yang baik dan
benar-benar mewujudkan birokrasi.
3. Sistem pengumpulan data yang baik, teratur,
dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu seperti BPS (Badan Pusat
Statistik).
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan
(favourable) terhadap modernisasi terutama media massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama
disiplin diri.
6. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan
social (social planning) yang tidak mementingkan kepentingan pribadi atau
golongan.
2.4 Gejala Modernisasi di Indonesia
Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau
dari berbagai bidang modernisasi kehidupan manusia berikut ini:
1. Bidang budaya; ditandai dengan semakin
terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya pengaruh budaya dari luar,
sehingga budaya asli semakin pudar.
2. Bidang politik; ditandai dengan semakin
banyaknya Negara yang lepas dari penjajahan, munculnya Negara-negara yang baru
merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi, lahirnya lembaga-lembaga politik,
dan semakin diakuinya hak-hak.
3. Bidang ekonomi; ditandai dengan semakin
kompleksnya kebutuhan manusia akan barang-barang dan jasa sehingga sektor
industri dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi barang.
4. Bidang sosial; ditandai dengan semakin
banyaknya kelompok baru dalam masyarakat, seperti kelompok buruh, kaum
intelektual, kelompok manajer, dan kelompok ekonomi kelas (kelas menengah dan
kelas atas.
2.5 Dampak Positif dan Negatif Modernisasi
1. Dampak positif
Dampak positif
teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
1) Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi
dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang
irasional menjadi rasional.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas. Serta
mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan
maju di waktu sekarang ini.
3) Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri atau industrialisasi
berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan nilai dalam memproduksi
alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah
satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal
ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu
perkembangan modernisasi.
2. Dampak negatif
Dampak negatif
teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
1) Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah
modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat
melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang
dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
2) Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan
teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.
3) Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya
Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebas remaja, dan lain-lain.
4) Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat
hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan
globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan
individu lainnya.
Dengan kata lain individu
yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri
terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut.
Hal ini dapat
menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa
disangkutkan sebagai sikap individualistik.
5) Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota
besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya
tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Modernisasi diartikan sebagai
perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau
dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Banyak
para ahli mendefinisikaan modernisasi, namun secara garis besar kami dapat
mennyimpulkan definisi modernisasi seperti kalimat diatas.
Modernisasi dapat terwujud apabila
masyarakatnya memiliki individu yang mempunyai sikap modern. Selain dorongan
modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi.
Modernisasi juga mempunyai dampak bagi
kehidupan bermasyarakat pada masysarakat yang menganut modernisasi. Modernisasi
memiliki dampak negatif dan dampak positif. Dampak positif modernisasi
diantaranya perubahan tata nilai dan sikap, berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, tingkat kehidupan yang lebih
baik. Dampak negatif dari modernisasi diantaranya pola hidup konsumtif, sikap
individualistik, gaya hidup kebarat-baratan, kesenjangan sosial, kriminalitas.
Modernisasi memiliki gejala-gelaja meliputi
gejala politik, gejala sosial, gejala budaya, gejala ekonomi yang harus
ditanggapi dengan bijak.
3.2 Saran
Modernisasi memang perlu untuk kemajuan
suatu wilayah, daerah, bahkan suatu negara. Namun kia harus menanggapi
modernisasi dengan bijak agar kita tidak terjerumus ke dalam dampak-dampak atau
gejala yang merugikan yang akan ditimbulkan oleh modernisasi.
Bak dua sisi mata uang
yang berbeda, disamping ada dampak positif dari modernisasi yang akan
menguntungkan kita, ada juga dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh
modernisasi yang pastikan akan mengganggu, dan merugikan kita.
Karena itu, menurut kami masyarakat
hendaknya lebih selektif dalam menyaring kebudayan modernisasi ini. Apa lagi
budaya kebarat-baratan, sebagai negara yang sebagian besar penduduknya beragama islam, hendaknya masyarakat tidak
menganut budaya barat yang tidak sesuai dengan syariat agama.
Pemerintah juga berperan penting dalam
pemerataan modernisasi. Karena akan ada banyak masalah yang ditimbulkan , misalnya
karena pola hidup masyarakat yang konsumtif, kita harus mengimpor barang untuk
memenuhi permintaaan pasar dala negeri, sedangkan daya ekspor kia rendah, hal
ini kan sangat merugikan pelaku pasar di dalam negeri, seperti kentang yang
pemerintah impor, akan merugikan petani kentang karena harga kentang lokal akan
turun karena banyaknya kentang dipasaran. ini tugas kita bersama dan juga
pemerintah yang harus lebih memperhatikan rakyat kecil. Kita juga harus lebih
mencintai produk-produk dalam negeri. Jika kerugian akan terus menerus melanda
pelaku pasar dalam negeri, maka akan banyak pelaku pasar yang gulung tikar,
banyak pekerja yang akan menganggur, ini akan menimbulkan kriminalitas. Maka
dari itu para pelaku pasar diminta untuk lebih kreatif dalam menciptakan dan
memsarakan produk dan jasa dalam negeri di nasional maupuun dikancah
internasional.
Masyarakat juga tidak seharusnya
bersikap individualistik. Karena kita hidup bermasyarakat dan kita adalah
mahluk sosial yang saling membutuhkan, kita harus memiliki rasa kepedulian
terhadap sesama.
REFERENSI
Suryono
Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Elly,
Usman, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan
Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, Cetakan ke-1, Jakarta: kencana.
Gerge,
Doglas J, 2004, Teori Sosiologi Modern,
Edisi Pertama, cetakan ke-7, Penerjemah Alimandan, Editor Triwibwo, Jakarta:
kencana.
Suryono
Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Sonia,
2011, Makalah Modernisasi -Ilmu Sosial Budaya,
http://soniarai-azizah.blogspot.com/2011/12/makalah-modernisasi-ilmu-sosial-budaya.html. Diambil pada 05 Mei 2014
My
sceret, Teori Modernisasi (Geografi Pembangunan), 2014,
http://erinutami.blogspot.com/2014/02/teori-modernisasi-geografi-pembangunan.html. Diambil pada 05 Mei 2014
ENS
Blog, 2013, Makalah Modernisasi,
http://evanursaadah15.blogspot.com/2013/09/makalah-modernisasi.html. Diambil
pada 05 Mei 2014
Firmansyah,
Rudi. 2016. Belajar Mengerjakan Sendiri Itu Lebih Baik. Surabaya : OneNet
IPS
,
MAKALAH