KATA PENGANTAR
Segala
puji
dan syukur bagi
Tuhan
Yang Maha
Esa
yang telah
memberikan
hikmat
serta
hidayah-Nya
terutama
hikmat
kesempatan
dan
kesehatan
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
mata
kuliah
”KEPERAWATAN”.
Adapun
tujuan dari penulis Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi.
Ucapan
terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis
Ilmiah ini, diantaranya :
- Ibu nurhadi aldo
- Teman-teman yang telah membantu sehingga tersusun makalah ini.
Penyusun
menyadari
bahwa
dalam
pembuatan
makalah
ini
masih
banyak
terdapat
kekurangan,
oleh
karenanya
saran dan
kritik
yang membangun sangat
kami harapkan
agar
selanjutnya
Makalah ini menjadi
lebih baik lagi.
Demikian
akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis
sehingga dapat membuka wawasan ilmu serta akan menghasilkan yang
lebih baik di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI
BAB 1 KONSEP DASAR PENYAKIT KATUP JANTUNG
Disfungsi
katup jantung dapat diklasifikasikan sebagai penyempitan (stenosis)
atau kebocoran(regurgitasi). Meskipun katup trikuspid dan pulmonal
dapat mengalami disfungsi pada pasien dengan endokarditis, lesi
kongenital, atau sindrom karsinoid, kelainan katup sisi-kanan primer
relatif jarang dijumpai dan tidak dibahas lebih lanjut di sini. Di
bagian ini, mekanisme patofisiologis stenosis dan regurgitasi katup
aorta dan itral akan dibahas.
Setiap
proses penyakitr yang menciptakan aliran turbulen di jantung atau
pembulu besar dapat menyebabkan bising usus jantung. Contohnya, defek
septum ventrikel berkaitan dengan suatu murmur sistolik karena adanya
hubungan antar
ventrikel
abnormal dan perbedaan tekanan antara ventrikel kiri dan kanan;
ductus arterious paten menyebabkan murmur kontinu karena adanya
hubungan tetap antara arteria pulmonalis dan aorta.
Murmur
jantung dapat bersifat sistolik atau diastolik. Sewaktu sistol,
ketika ventrikel kiri berkontraksi, katup aorta membuka dan katup
mitral tertutup. Aliran turbulen dapat terbentuk akibat inkompetensi
katup mitral, yang menyebabkan regurgitasi darah kembali ke atrium,
atau akibat penyempitan katup aorta. Pada diastol, situasinya
terbalik, dengan pengisian ventrikel kiri melalui katup mitral yang
terbuka sementara katup aorta menutup. Aliran turbulen terbentuk jika
terdapat penyempitan katup mitral atau inkompetensi katup aorta.
Stenosis katup biasanya terbentuk secara perlahan seiring waktu; lesi
yang menyebabkan regurgitasi katup dapat bersifat kronik atau akut.
(LeMone, Priscilla, Burke, Karen M, & Bauldoff, Gerence, 2014)
Jenis
– jenis katup jantung :
- Katup trikuspid : antara atrium kanan dan ventrikel kiri
- Katup bikuspid (mitral) : antara atrium kiri dan ventrikel kiri
- Katup semilunar pilmonal : antara vetrikel kanan dan arteri pulmonal
- Katup semilunar aortik : antara ventrikel kiri dan aorta
- Stenosis Aorta
Stenosis
adalah suatu keadaan dimana katup tidak dapat membuka dengan normal.
Gambaran
Klinis
Untuk
semua kausa stenosis aorta, obstruksi baisanya bertambah secara
perlahan dan laten sebelum gejala muncul. Berdasarkan penurunan
urutan frekuensinya, tiga gejala khas stenosis aorta adalah nyeri
dada (angina pektoris), sinkop, dan gagal jantung kongesif. Jika
gejala telah muncul, prognosis akan buruk bila obstruksi tidak di
atasi, dengan usia harapan hidup rerata adalah 2, 3, dan 5 tahun
masing-masing untuk angina pektoris, sinkop, dan gagal jantung.
Pada
pemeriksaan fisik, palpasi carotid
upstroke menunukan
denyut (pulsus) yang melemah (parvus) dan melambat (tardus) relatif
terhadap impuls apeks. Palpasi toraks memperlihatkan impuls apeks
yang bergeser ke lateral dan menetap. Pada auskultasi, terdengar
murmur midsistolik, yang paling keras di dasar jantung, dan sering
menyebar ke incisura sterni dan leher. Bunyi ejeksi aorta bernada
tinggi dapat terdengar tepat setelah bunyi jantung pertama,
bergantung pada kausa stenosis aortanya. Akhirnya, seiring terdapat
bunyi jantung keempat (S4).(McPhee,
2010)
Etiologi
Stenosis
Aorta
- TipePatologiGambaran Klinis
Kongenital Katup dapat unikuspid, bikuspid, atau trikuspid dengan daun-daun katup yang sebagian menyatu. Kelainan aliran darah dapat menyebabkan fibrosis dan klasifikasi daunkatup Pasien biasanya mengalami gejala sebelum usia 30 tahun. Reumatik Peradangan jaringan menyebabkan perlekatan dan penyatuan komisura. Fibrosis dan klasifikasi daun katup dapat terjadi akibat aliran turbulensi yang terus menerus. Pasien biasanya mengalami gejala antara usia 30 dan 70 tahun. Katup juga sering mengalami regurgitasi.Kelainan katup mitral sering menyertai.Degeneratif Daun katup menjadi kaku akibat pengendapan kalsium di pangkal. Ujung daun katup relatif normal. Kausa tersering stenosis aorta pada pasien berusia lebih dari 70 tahun. Banyak dijumpai pada pasien dengan diabetes atau hiperkolesterolemia,
Patofisiologi
Stenosis Aorta
Luas
katup aorta normal adalah sekitar 3,5-4 cm2.
Stenosis aorta biasanya muncul jika luasnya menjadi kurang dai 0,8
cm2.
Pada titik ini, gradien sistolik antara ventrikel kiri dan aorta dan
dapat melebihi 150 mmHg, dan sebagian besar pasien memperlihatkan
gejala. Obstruksi aliran keluar yang tetap ini memberi beban besar
pada ventrikel. Mekanisme kompensasi jantung dapat dipahami dengan
memeriksa hukum Laplace untuk suatu bola, ketika stres dinding (T)
sebanding dengan hasil kali tekanan transmural (P) dan jari-jari
ringga (r) dan berbanding terbalik dengan ketebalan dinding (W) :
Sebagai
respons terhadap beban tekanan (peningkatan P), ketebalan dinding
ventrikel kiri meningkat pesat sementara radius rongga relatif tidak
berubah melalui replikasi paralel sarkomer. Perubahan kompensatorik
ini, yang disebut “hipertrofi konsentris”, mengurangi tegangan
pada dinding yang dijumpai pada stenosis aorta.
Analisis
lengkung tekanan-volume mengungkapkan bahwa, untuk mempertahankan isi
sekuncup dan akibat penurunan compliance
ventrikel, tekanan diastolik-akhir ventrikel kiri meningkat secara
bermakna. Ventrikel yang tebal menyebabkan gelombang a
menonjol pada perekaman tekanan atrium kiri karena ventrikel menjadi
semakin bergantung pada kontraksi atrium untuk mengisi
ventrikel.(McPhee,
2010)
Manifestasi
Klinis
Stenosis Aorta
- Gejala
- Angina pektoris
Angina
dapat terjadi karena beberapa mekanisme. Pertama, sekitar separuh
dari semua pasien dengan stenosis aorta juga mengidap penyakit
koroner yang signifikan. Bahkan tanpa penyakit arteri koroner yang
signifikan, kombinasi peningkatan kebutuhan oksigenasi akibat
hipertrofi ventrikel dan penurunan pasokan akibat penekanan yang
berlebihan terhadap pembuluh dapat menyebabkan iskemia relatif
miosit. Akhirnya, obstruksi areteri coronia akibat embolus kalsium
yang berasal dari klasifikasi aorta stenotik pernah dilaporkan,
meskipun jarang, sebagai penyebab angina.
- Sinkop
Sinkop
pada stenosis aorta biasanya disebabkan oleh penurunan perfusi otak
akibat obstruksi tetap tetapi juga dapat disebabkan oleh aritmia
atrium sesaat disertai hilangnya kontribusi atrium yang berasal dari
jaringan ventrikel lebih sering terjadi pad pasien dengan stenosis
aorta dan dapat menyebabkan sinkop.
- Gagal jantung kongensif
Peningkatan
progresif tekanan diastolik-akhir ventrikel kiri dapat menyebabkan
peningkatan tekanan vena pulmonalis dan edema paru.
(McPhee,
2010)
- Regurgitasi Aorta
Regurgitasi
adalah suatu keadaan
dimana
katup tidak dapat menutup dengan normal.
Gambaran
Klinis
Regurgitasi
aorta dapat bersifat kronik atau akut . Pada gerurgitasi aorta
kronik, terdapat periode laten yang lama ketika pasien tetap
asimtomatik karena jantung berespons terhadap beban volume. Jika
mekanisme kompensasi tersebut gagal, muncullah gejala-gejala gagal
jantung kiri. Pada regurgitasi aorta akut, tidak terdapat mekanisme
kompensasi sehingga pasien mendadak mengalami sesak napas, edema
paru, dan hipotensi sering disertai kolaps kardiovaskular.
Pemeriksaan
fisik pasien dengan regurgitasi aorta kronik memperlihatkan denyut
yang hiperdinamik (pounding,
menghentak). Impuls apeks bersifat hiperdinamik dan bergeser ke
lateral. Pada auskultasi, dapat terdengar tiga murmur: murmur
diastolik awal bernada tinggi,
rumble diastolik
yang disebut murmur Austin Flint, dan murmur sistolik. Bunyi jantung
ketiga sering terdengar. Namun, pada regurgitasi aorta akut,
tanda-tanda perifer sering tidak dijumpai, dan pada banyak kasus
impuls ventrikel kiri normal. Pada auskultasi, murmur diastolik jauh
lebih lembut, dan murmur Austin Flint, jika ada, berlangsung singkat.
Bunyi jantung pertama akan lembut dan kadang-kadang tidak terdengar,
Etiologi
Regurgitasi Aorta
Regurgitasi
aorta akut dan kronik dapat disebabkan oleh kelainan katup atau
pangkal aorta.(McPhee,
2010)
- TempatPatologiKausaPerjalanan Waktu
Katup Kelainan tepi katup (cusp) EndokarditisPenyakit reumatikAnkylosing spondylitisKongenitalAkut atau kronikAkut atau kronikBiasanya kronikKronikAorta DilatasiPeradanganAneurisma aortaPenyakit herediter jaringan ikat- Sindrom Marfan
- Sindrom Ehlers-Danlos
- Osteogenesis imperfekta
Aortitis (Takayasu)SifilisPenyakit artritis- Ankylosing spondylitis
- Sindrom Reiter
- Artritis reumatoid
- Lupus eritematosus sistemis
Nekrosis medial kistikTraumaDiseksi, sering akibat hipertensiAkut atau kronikBiasanya kronikBiasanya kronikBiasanya kronikBiasanya kronikAkut atau kronikBiasanya akutBiasanya akut
Patofiologi
Regurgitasi
Aorta
Regurgitasi
aorta menyebabkan ventrikel kiri mendapat beban volume karena darah
masuk ke ventrikel naik dari atrium kiri maupun dari aorta saat
diastol. Jik regurgitasi terjadi secara perlahan, jantung akan
berespons terhadap peningkatan tekanan diastol dengan memperpanjang
serabut dan replikasi sarkomer secara bertahap, yang menyebabkan
peningkatan volume ventrikel.
Karena
tekanan sistolik relatif tidak berubah, peningkatan sters dinding
berdasarkn hukum Laplace dapat dikompensasi dengan peningkatan
ketebalan dinding. Respons ini, yaitu “hipertrofi eksentrik” yang
dinami demikian karena rongga ventrikel membesar ke lateral di dada
dan posisi normalnya menjdai eksentris menjelaskan perbedaan geometri
ventrikel yang diamati pada pasien-pasien dengan regurgutasi aorta
versus mereka yang mengidap stenosis aorta (hipertrofi konsentris
akibat overload
tekanan
sistolik). Pada akhirnya, regurgitasi aorta kronik menyebabkan
peningkatan besar volume ventrikel. Ventrikel kiri bekerja sebagai
pompa compliance-rendah,
yang menangani voulme diastolik-akhir dan isi sekuncup yang besar,
seiring hanya dengan sedikit peningkatan tekanan diastolik-akhir.
Selain itu, tidak terdapat relaksasi atau kontraksi isovolume yang
sejati karena persistensi aliran darah ke dalam ventrikel dari
sirkulasi sistemis. Tekanan denyut aorta melebar. Tekanan diastolik
menurun karena regurgitasi aliran balik ke ventrikel kiri dan
meningkatnya compliance
pembuluh-pembuluh sentral besar (sebagai respons terhadap penigkatan
isi sekuncup); peningkatan isi sekuncup menyebabkan peningkatan
tekanan sistolik(McPhee,
2010)
Manifestasin
Klinis Regurgitasi
Aorta
- Sesak Napas
Edema
paru dapat terjadi, terutama jika regurgitasi aorta bersifat akut dan
ventrikel tidak memperoleh cukup waktu untuk mengopensasi peningkatan
voulme yang mendadak. Pada regurgitasi aorta kronik, mekanisme
kompensasi akhirnya gagal dan jantung mulai bekerja pada bagian yang
curam dari kurva tekanan-volume diastolik.
- Stenosis Mitral
Gambaran
Klinis
Gejala
stenosis mitral mencakup dispnea, rasa lelah, dan hemoptisis.
Kadang-kadang pasien mengeluh palpitasiatau denyut jantung cepat.
Akhirnya, pasien dengan stenosis mitral dapat mengalami gejala
neurologis seperti baal atau lumpuh transien di ekstremitas,
penurunan penglihatan mendadak, atau gangguan koordinasi.
Murmur
yang khas untuk stenosis mitral adalah rumble bernada rendah pasa
diastol akhir. Selain itu, dapat terdengar opening snap di bagian
pertama diastol. Auskultasi paru mungkin mengungkapkan adanya ronki
basah.
Etiologi
Stenosis Mitral
Stenosis
mitral paling sering merupakan sekuele penyakit jantung reumatik.
Meskipun jarang, stenosis in dapat disebabkan oleh lesi kongenital
atau pengendapan kalisium. Massa di atrium (miksoma) dapat
menyebabkan pbstruksi intermiten katup mitral.(McPhee,
2010)
- TipeKeteranganReumatikTersering.Penyempitan terjadi karena fusi dan penebalan komisura, tepi, dan chordae tendineae. Gejala biasanya muncul 20 tahun setelah demam reumatik akut.KalsifikasiBiasanya menyebabkan regurgitasi mitral tetapi pada sebagiam kasus dapat menyebabkan stenosis mitral.KongenitalBiasanya terdapat sejak masa bayi atau anak.Penyakit kolagen-vaskularLupus eritematosus sistemis dan artritis reumatoid (jarang).
Patofisologi
Stenosis Mitral
Katup
mitral normalny adalah katup bikuspid, dengan luas tepi katup
anterior sekitar dua kali lipat luas tepi katup posterior. Luas katup
mitral biasanya adalah 5-6 cm2;
stenosis mitral yang secara klinis relevan biasanya terjadi jika luas
katup berkurang menjadi lebih kecil dari 1 cm2.
Karena obstruksi aliran melindungi ventrikel dari beban tekana dan
volume, hubungan tekanan-volume ventrikel kiri tidak banyak
memperlihatkan abnormalitas selain penurunan volume-volume. Namun,
analisis terhadap rekaman hemodinamik memperlihatkan peningkatan khas
pada tekanan atrium kiri. Karena itu, kelainan patofisiologis utama
pada stenosis mitral adalah peningkatan tekanan vena pulmonalis dan
peningkatan tekanan sisi kanan (a. Pulmonalis, ventrikel kanan, dan
atrium kanan)> Dilatasi dan penurunan fungsi sistolik ventrikel
kanan sering dijumpai pada psien dengan stenosis mitral staidum
lanjut.(McPhee,
2010)
Manifestasi
Klinis
Stenosis Aorta
Katup
mitral normalny adalah katup bikuspid, dengan luas tepi katup
anterior sekitar dua kali lipat luas tepi katup posterior. Luas katup
mitral biasanya adalah 5-6 cm2;
stenosis mitral yang secara klinis relevan biasanya terjadi jika luas
katup berkurang menjadi lebih kecil dari 1 cm2.
Karena obstruksi aliran melindungi ventrikel dari beban tekana dan
volume, hubungan tekanan-volume ventrikel kiri tidak banyak
memperlihatkan abnormalitas selain penurunan volume-volume. Namun,
analisis terhadap rekaman hemodinamik memperlihatkan peningkatan khas
pada tekanan atrium kiri. Karena itu, kelainan patofisiologis utama
pada stenosis mitral adalah peningkatan tekanan vena pulmonalis dan
peningkatan tekanan sisi kanan (a. Pulmonalis, ventrikel kanan, dan
atrium kanan)> Dilatasi dan penurunan fungsi sistolik ventrikel
kanan sering dijumpai pada psien dengan stenosis mitral staidum
lanjut.(McPhee,
2010)
- Regurgitasi Mitral
Gambaran
Klinis
Manifestasi
regurgitasi mitral bergantung pada seberapa cepat inkompetensi katup
tersebut terjadi. Pasien dengan regurgitasi mitral kronik mengalami
gejala secara bertahap seiring dengan waktu. Keluhan umum adalah
dispnea, mudah lelah, dan palpitasi. Pasien dengan regurgitasi mitral
akut datang dengan gejala-gejala gagal jantung kiri: sesak napas,
ortopnea, dan syok. Nyeri dada mungkin terjadi pada pasien dengan
regurgitasi mitral yang disebabkan oleh penyakit arteri koroner.
Pada
pemeriksaan fisik, pasien memperlihatkan murmur regurgitan
pansistolik yang paling jelas terdengar di apeks dan sering mneyebar
ke ketiak. Murmur ini sering menghalangi terdengarnya bunyi jantung
pertama dan kedua. Jika inkompetensi katup mitralnya parah, bunyi
jantung ketiga sering terdengar. Pada regurgitasi mitral kronik,
impuls apeks sering bersifat hiperdinamik dan tergeser ke latelar.
Etiologi
Regurgitasi Mitral
Dahulu,
penyakit jantung reumatik merupakan penyebab tersering regurtasi
mitral. Prolabs katup mitral kini mungkin menjadi penyebab tersering,
yang diikuti oleh penyakit arteri koroner. Ujung daun katup mitral
anterior dan posterior dipertahankan di tempatnya sewaktu montraksi
ventrikel oleh m. papilaris anterolateral dan posteromedial. Katup
ini terhubung ke m. papilaris oleh struktur fibrosa tipis yang
dinamai chordae tendineae. Pada pasien dengan prolabskatup mitral,
jaringan tambahan yang terdapat di katup dapat mengalami degenarasi
miksomatosa pada dekade kelima atau keenam. Akibat kurangnya
penyatuan daun katup atau ruptur mendadak chordae tendineae,
regurgitasi mitral dapat terjadi. Pada penyakit arteri koroner,
obstruksi a. coronaria circumflexa dapat menyebabkan iskemia atau
ruptur m. papilaris.(McPhee,
2010)
- TipeKausaAkut
- Ruptur chordae tendineae
- Ruptur atau disfungsi m. papilaris
- Perforasi
daun katup
Endokarditis infektifTraumaDemam reumatik akut“Spontan”IskemiaInfark miokardiumTraumaAbses miokardiumEndokarditis infektifTraumaKronik- Peradangan
- Infeksi
- Degeneratif
- Ruptur
atau disfungsi chorde tendineae atau m. Papilaris
Penyakit jantung reumatikPenyakit kolagen vaskularEndokarditis infektifDegeneratif miksomatosa daun katupKalsifikasi cincin katup mitralEndokarditis infektifTraumaDemam reumatik“Spontan”IsekemiaInfark miokardiumAbses miokardiumKongenital Anomali perkembangan
Patofisiologi
Regurgitasi
Mitral
Jika
katup mitral tidak dapat menutup dengan benar, regurgitasi darah dari
ventrikel ke dalam atrium kiri terjadi sewaktu distol. Pada
tregurgitasi mitral kronik, mekanisme kompensasi terhadap beban
volume ini serupa dengan perubahan yang dijumpai pada regurgitasi
aorta. Atrium dan ventrikel kiri mengalami dilatasi, dan untuk
menormalkan stres di dinding ventrikel, terjadi juga hipertrofi
dinding ventrikel.
Pengisian
diastolik ventrikel meningkat karena pengisian ini sekarang merupakan
jumlah curah ventrikel kanan dan volume yng kembali dari denyut
sebelumnya. Pada regurgitasi mitral akut, penambahan mendadak volume
pada atirum dan ventrikel tidak dikompensasi oleh pembesaran dan
hipertrofi rongga jantung. Peningkatan mendadak volume atrium
menghasilkan gelombang v atrium yang mencolok disertai penyaluran
peningkatan tekanan ini ke kapiler paru dan terjadinya edema
paru.(McPhee,
2010)
Manifestasi
Klinis Regurgitasi Mitral
- Gejala
- Edema pru
Peningkatan
cepat tekanan kapiler paru pada regurgitasi mitral akut menyebabkan
pembentukan akut edema paru, yang bermanifestasi sebagai sesak napas,
ortopnea, dan dispnea noktural paroksimal. Pada regurgitasi mitra
kronik, gejala muncul secara perlahan, tetapi pada suatu titik
mekanisme kompensasi mengalami kegagalan dan timbul edema paru,
terutama saat beraktivitas.
- Rasa lelah
Rasa
lelah dapat timbul karena menurunnya aliran darah ke jaringan
perifer.
- Palpitasi
Pembesara
atrium kiri dapat menyebabkan timbulnya fibrilasi atrium disertai
palpitasi. Pasien dengan fibrilasi atrium dan regurgitasi mitral
memperlihatkan indens kejadian kardioembolus sebesar 20%.(McPhee,
2010)
Obat-obatan
Gagal
jantung akibat penyakit katup diobati dengan diuretik, inhibitor ACE,
vasodilator dan kemungkinan digoksin. Digoxin meningkatkan kekuatan
kontraksi miokard untuk mempertahankan curah jantung. Diuretik,
penghambat ACE dan vasodilator mengurangi preload dan afterload.
Pada
individu dengan kelainan katup, distensi atrium sering menyebabkan
atrial fibrillation. Digoksin atau dosis kecil beta-blocker diberikan
untuk memperlambat respons ventrikel. Terapi antikoagulan ditambahkan
untuk mencegah pembentukan gumpalan dan embolus, komplikasi fibrilasi
atrium yang umum terjadi seperti kolam darah di atrium yang tidak
berkontraksi. Terapi antikoagulan juga diperlukan setelah pemasangan
katup jantung mekanis.
Kerusakan
katup meningkatkan risiko endokarditis infektif karena aliran darah
yang berubah memungkinkan kolonisasi bakteri. Antibiotik diresepkan
secara profilaksis sebelum melakukan perawatan gigi, prosedur invasif
atau sugery untuk meminimalkan risiko bakteriemia (bakteri dalam
darah) dan endokarditis berikutnya.
Penilaian
Data
penilaian yang berkaitan dengan penyakit jantung katup meliputi:
- Riwayat kesehatan: keluhan penurunan toleransi olahraga, dispnea pada aktivitas, palpitasi; riwayat infeksi saluran pernafasan; riwayat penyakit jantung rematik sebelumnya, endokarditis atau murmur jantung.
- Pemeriksaan fisik: tanda vital; warna kulit dan suhu, bukti clubbing atau edema perifer; distensi vena leher; suara nafas; suara jantung dan adanya S3, S4 atau murmur; waktu, nilai dan karakteristik dari setiap murmur; raba untuk jantung dan sensasi jantung; kontur perut, hati dan ukuran limpa.
- Tes diagnostik: echocardiogram dan laporan kateterisasi jantung; indeks jantung dan curah jantung.
Penyebab
utama kelainan katup jantung :
- Cacat kongential dapat berupa defek septal, kelainan katup
- Demam rematik semakin jarak terdapat (di inggrsi) biasanya yang terkena adalah katup miral dan katup aorta.
Kelainan
katup jantung akan menyebabkan gangguan aliran darah melalui katup.
Hal ini dapat menyebabkan perubahan sifat bunyi jantung atau
menimbulkan bunyi tambahan yang disebut bising (murmur). Getaran dari
darah yang mengalir secara turbulen itu disalurkan ke dinding dada
dan dapat diraba sebagai ‘thrill’.
Aliran darah yang terganggu itu dapat pula menyebabkan kegagalan
jantung.
- Insufisiensi Katup Mitralis (REGURGITASI) (IM)
Insufisiensi
mitralis terjadi akibat katup mitralis yang inkompeten. Katup
mitralis gagal menutup sempurna sewaktu sistol ventrikel dimulai.
Regugitasi katup mitralis biasanya disebabkan oleh demam rematik,
infeksi bakteri lainnya pada jantung, atau ruptur katup pada penyakit
arteri koroner.
- Stenosis Katup Mitralis (SM)
Stenosis
katup mitralis biasanya disebabkan oleh pembentukan jaringan parut
setelah demam rematik atau infeksi jantung lainnya.
Katup
jantung berperan untuk menjaga kelancaran aliran darah dalam jantung.
Semakin
lebar maupun semakin sempitnya celah antara katup, dapat meningkatkan
tekanan pada jantung sehingga harus memompa lebih kuat.
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Pusing
- Kelelahan
- Gangguan irama jantung
- Pingsan
- Edema (pembengkakan berlebih dibagian kaki, atau pergelangan kaki sebagai akibat tersumbatnya cairan) yang juga mengakibatkan kenaikan berat badan dengan cepat
- Pipi memerah, khususnya pada penderita stenosis katup mitral
- Batuk darah
- Stenosis Katup Mitralis (SM)
Terapi
antibiotik diberikan untuk mencegah berulangnya infeksi.
Penatalaksanaan gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan
kardiotonikum dan diuretik. Intervensi bedah meliputi komisurotomi
untuk membuka atau ‘menyobek’ komisura katup mitral yang lengket
atau mengganti katup mitral dengan katup protesa. Pada beberapa kasus
dimana pembedahan merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak
mampu menghasilkan hasil yang diharapkan, maka dapat dilakukan
valvuloplasti transluminal perkutan untuk mengurangi beberapa gejala.
- Insufisiensi Katup Mitralis (REGURGITASI) (IM)
Pemberian
antibiotik untuk mencegah reaktivasi reumatik dan timbulnya
endokarditis infektif. Intervensi bedah meliputi penggantian katup
mitral.
Aritmia
atrium, terutama
fibril atrium, sering terjadi karena distensi atrium kronis. Throm
dapat terbntuk kemudian embolismeke otak, arteri coroner, ginjal,
limpa dan ekstremita-berpotensi mengalami devasitasi komplikasi.
Wanita dengan stenosis mitral mungkin asimtomatik sampai kehamilan.
Ketika jantung mencoba untuk mengkompensasi peningkatan volume
sirkulasi (30& lebih pada kehamilan) dengan meningkatkan curah
jantung, tekanan atrium kiri meningkat, takikardia mengurangi
pengisian ventrikel, volume stroke dan tekanan paru meningkat. Edema
paru yang mendadak dan gagal jantung dapat mengancam kehidupan ibu
dan janin. Regurgitasi mitral atau insufisiensi memungkinkan darah
mengalir kembali ke atrium kiri selama sistol karena katup tidak
menutup sepenuhnya.
(LeMone, Priscilla, Burke, Karen M, & Bauldoff, Gerence, 2014)
- Tekanan darah tinggi
- Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi
- Perilaku merokok
- Berat badan lebih
- Kurang aktivitas fisik
\
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
Penyakit
katup jantung dari kerusakan mekanik katup jantung, dan bisa
kongenital atau didapat, dapat mengakibatkan penyempitan pembukaan
katup (stenosis) atau penutupan tak lengkap dari katup. Juga dapat
mengganggu curah jantung. Tipe utama adalah stenosis aortik (SA),
insufisiensi (IA), stenosis mitral (SM), insufisiensi (IM); prolaps
(MVP); stenosis trikuspid (ST), insufisiensi (IT); stenosis pulmonik
(SP), insufisiensi (IP).
(E. Doenges, Moorhouse, & C. Geissler, 1999)
- Angina Pektoris
- Bedah Jantung
- Gagal Jantung Kongesif
- Disritmia
- Kondisi Inflamasi Jantung
- Aspek-aspek Psikososial Perawatan Akut (E. Doenges, Moorhouse, & C. Geissler, 1999)
Aktivitas/Istirahat
Gejala
: Kelemahan, kelelahan ; Pusing, rasa berdenyut ; Dispnea karena
kerja, palpitasi ;Gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksimal
nokturnal, nokturia keringat malam hari).
Tanda
: Takikardi, gangguan pada tekanan darah ; Pingsan karena kerja ;
Takipnea.
Sirkulasi
Gejala
: Riwayat kondisis pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis
bakterial subakut, infeksi streptokokal
;
hipertensi, kondisi kongenital (contoh kerusakan atrial-septal,
sindrom Marfan), trauma dada, hipertensi pulmonal ; Riwayat murmur
jantung, palpitasi ; Serak, hemoptisis ; Batuk dengan/tanpa produksi
sputum.
Tanda
: Sistolik tekanan darah menurun (AS lambat)
Tekanan
nadi: lambat dengan volume nada kecil (SA); bendungan dengan pulsasi
arteri terlihat (IA).
Nadi
apikal: PMI kuat dan terletak dibawah dan ke kiri (IM); secara
lateral kuat dan perpindahan tempat (IA)
Getaran:
getaran diastolik pada aspek (SM). Getaran sistolik pada dasar (SA).
Getaran sistolik sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada
titik jugular dan sepanjang arteri karotis (IA).
Dorongan
:dorongan apikal selama sistolik (SA).
Bunyi
jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau tak ada
S1, bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat). Bunyi ejeksi
sistolik (SA). Bunyi sistolik, ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP)
Kecepatan:
takikardi (MVP); takikardi pada istirahat (SM).
Irama:
tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat blok
AV (SA).
Murmur:
murmur diastolik pada area pulmonik (IP). Bunyi rendah, murmur
diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik terdengar baik pada apek (MR).
Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher
(SA). Murmur sistolik pada dasar kiri batas sternal (SP) meningkat
selama inspirasi (IT). Murmur diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan
terdengar baik pada dasar (IA). Murmur diastolik pada dasar sternal
meningkat dengan inspirasi (ST).
DVJ:
mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan (IA, SA, IM, IT, SM)
Warna/sianosis:
kulit hangat, lembab, dan kemerahan (IA). Kapiler kemerahan dan pucat
pada tiap nadi (IA).
Integritas
Ego
Geajala: Tanda
kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit,
gemetar.
Makanan/Cairan
Gejala: Disfagia
(IM kronis) ;
Perubahan
berat badan ; Penggunaan diuretik.
Tanda
: Edema umum atau dependen ; Hepatomegali dan asites (SM, IM, IT) ;
Hangat ; kemerahan dan kulit lembab (IA) ; Pernapasan payah dan
bising dengan terdengar krekels dan mengi.
Neurosensori
Geajal
: Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala
: Nyeri dada, angina (SA, IA)
Nyeri
dada non-angina/tidak khas (MVP).
Pernapasan
Gejala
: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksimal, noktural). Batuk menetap atau
noktural (sputum mungkin/tidak produktif)
Gejala
: Takipnea ; Bunyi napas adventisius (krekels dan mengi) ; Sputum
banyak dan bercak darah (edema pulmonal) ; Gelisah/ketakutan (pada
adanya edema pulmonal).
Keamanan
Gejala
: Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi ; Adanya perawayan gigi
(pembersihan, pengisian, dan sebagiannya).
Gejala
: Perlu perawatan gigi/mulut.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala
: Penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis.
Perimbangan
DRG menunjukan rerata lama dirawat: 4,9 hari
Rencana
pemulangan: Bantuan dengan kebutuhan perawatan diri, tugas –tugas
rumah tangga/pemeliharaan.
Perubahan
dalam terapi obat.
Susunan
perabot di rumah.
Radionuclide
studies (MUGA):
Menentukan fraksi ejeksi ventrikel istirahat dan latihan.
Kateterisasi
jantung:
Memberikan
informasi diagnostik sebagai berikut :
SM:
Gradien tekanan (pada diastole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri
melewati katup mitral, penurunan orifisium katup (1,2 cm), peninggian
tekanan atrium kiri, arteri pulmonal dan ventrikel kanan; penurunan
curah jantung.
IM:
Aliran balik media kontras melalui katup mitral selama sistole,
peninggian tekanan atrium kiri dan arteri pulmonal.
SA:
Peningkatan gradien tekanan pada sistole melewati katup aortik,
peningkatan LVEDP.
IA:
Aliran balik media kontras melalui katup aortik selama diastole,
peningkatan LVEDP.
ST:
Peningkatan gradien tekanan melewati katup, peningkatan tekanan
atrium kanan, penurunan curah jantung.
IT:
Aliran balik media kontras melalui katup trikuspid, peningkatan
tekanan atrium kanan, curah jantung normal atau menurun.
SP:
Penurunan orifisium katup, peningkatan tekanan ventrikel kanan,
penurunan tekanan arteri pulmonal.
IP:
Peningkatan tekanan ventrikel kanan, aliran balik media kontras
melalui katup.
Ventrikulografi
kiri:
Digunakan untuk mendemostrasikan prolaps katup mitral (MVP).
EKG:
IM:
Hipertrofi atrium dan ventrikel kiri; sinus takikardia, kontraksi
atrium prematur, fibrilasi atrium.
MVP:
Abnormalitas gelombang T.
SM:
Pembesaran atrium kiri, hipertofi ventrikel kanan, fibrilasi atrium
kronis.
SA:
Aritmia atrium dan ventrikel; hipertrofi atrium kiri, hipertrofi
atrium kanan, deviasi aksis kanan; perubhan gelombang ST/T, defek
konduksi (blok A V derajat pertama, blok cabang berkas kiri).
IA:
Hipertrofi ventrikel kiri; ada fibrilasi atrium bila gagal kongesif
berat.
ST:
Hipertrofi atrium kanan, hipertrofi ventrikel kiri atau kanan;
fibrilasi atrium.
IT:
Hipertrofi ventrikel dan atrium kanan, fibrilasi atrium.
SP:
Hipertrofi ventrikel dan atrium kanan, deviasi aksis kanan, fibrilasi
atrium.
SP:
Hipertrofi atrium dan aventrikel kanan, deviasi aksis kanan,
fibrilasi atrium.
IP:
Dilatasi ventrikel kanan dan mungkin atrium kanan.
Sinar
x dada :
SM:
Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vaskular,
tanda-tanda kongesif/edema pulmonal.
IM:
Kalsifikasi anulus mitral, dialtasi serambi jantung; peningkatan
vaskularitas pada lobus patu atas, tanda- tanda edema pulmonal.
SA:
Dilatasi/hipertrofi ventrikel kiri dan aortik; kalsifikasi katup
aortik.
IA:
Pembesaran ventrikel kiri; dilatasi aorta asenden.
ST:
Pembesaran atrium kanan.
IT:
Pembesaran ventrikel dan atrium kanan.
IP:
Pembesaran ventrikel kanan; dilatasi arteri pulmonal.
Ekokardiogram:
Dua dimensi dan ekokardiografi Doppler dapat memastikan masalah
katup.
SM:
Pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.
IM:
Pembesaran atrium kiri, hiperdinamik ventrikel kiri, prolaps daun
katup mitral.
SA:
Pembatasan gerakan katup aortik.
IA:
Dilatasi ventrikel kiri, kalsifikasi atau vegetasi pada katup aortik,
pembesaran pada akar aortik dari aorta asenden.
MVP:
Penonjolan daun-daun secara posterior dalam atrium kiri selama
sistole ventrikel.
ST:
Dilatasi atrium kanan, perubahan gerakan daun-daun katup trikuspid.
IT:
Dilatasi atrium kanan, prolaps daun katup trikuspid.
(E. Doenges, Moorhouse, & C. Geissler, 1999)
Prioritas
Keperawatan
- Mempertahankan curah jantung adekuat.
- Mempertahankan dan/atau meningkatkan toleransi aktivitas.
- Menghilang/mengontrol nyeri.
- Memberikan informasi tentang proses penyakit, menajemen, dan pencegahan komplikasi. (E. Doenges, Moorhouse, & C. Geissler, 1999)
Tujuan
Pemulangan
- Bebas tanda/gejala dekompensasi jantung.
- Memenuhi kebuthan perawatan diri dengan perbaikan toleransi aktivitas.
- Nyeri/ketidaknyamanan dikurangi/dikontrol.
- Proses penyakit, manajemen, dan pencegahan komplikasi dipahami. (E. Doenges, Moorhouse, & C. Geissler, 1999)
Diagnosa
Keperawatan : Curah Jantung, Menurun
Dapat
dihubungkan dengan :
Perubahan
dalam preload/peningkatan atrium kanan dan kongesti vena
;
Perubahan pada preload/peningkatan LVEDP dan TVS ; Perubahan konduksi
elektrik, frekuensi/irama ; Aliran keluar ventrikel kiri terhambat.
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
Variasi
dalam prameter hemodinamik ; Perubahan EKG/disritmia ; Dispnea,
krekels ; DVJ ; Kulit dingin dan basah ; Kulit dan membran mukosa
pucat/sianosis ; Oliguria/anuria ; Kelemahan nadi perifer ;
Kelelahan, keletihan.
Hasil
yang diharapkan kriteria evaluasi, pasien akan:
Melaporkan/menunjukan
penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia ; Berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan beban kerja jantung ;
Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas ; Mengidentifikasi
tanda dini dekompensasi jantung, cara untuk mengubah aktivitas dan
kapan mencari bantuan.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
|
|
Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup. Disritmia atrium paling umum, berkenaan dengan peningkatan tekanan volume atrium. Abnormalitas konduksi dapat juga terjadi (misalnya: pada penyakit katup aortik, karena penurunan perfusi arteri koroner). |
|
Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload), yang memungkinkan oksigenasi, menurunkan dispnea dan regangan jantung . |
|
Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan jantung. |
|
Reduksi ansietas dapat menurunkan stimulasi jantung simpatis dan beban kerja jantung. |
Kolaborasi
|
|
|
Pengobatan disritmia atrial dan ventrikuler khususnya mendasari kondisi dan simtomatologi tetapi ditunjukan pada berlangsungnya/meningkatnya efisiensi/curah jantung. Vasodilator digunakan untuk menurunkan hipertensi dengan menurunkan tahanan vaskuler sistemik (afterload). Penurunan ini mngembalikan dan menghilangkan tahanan. Diuretik menurunkan volume sirkulasi (preload), yang menurunkan tekanan darah lewat katup yang tak berfungsi, meskipun memperbaiki fungsi jantung dan menurunkan kongesti vena. |
|
Penanganan/perbaikan penyakit katup mungkin perlu untuk meningkatkan curah jantung atau mengontrol/mengatasi dekompensasi jantung. |
Diagnosa
Keperawatan : Volume Cairan Kelebihan, Risiko Tinggi Terhadap
Faktor
risiko meliputi :
Gangguan
filtrasi glomerulus ; Peningkatan retensi cairan dan natrium.
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
[Tidak
dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat
diagnosa aktual].
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi, pasien akan :
Menunjukkan
keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital
dalam rentang normal, dan tidak
ada edema ; Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
|
|
Tambahan bunyi napas (krekels) dapat menunjukkan timbulnya edema paru akut atau GJK kronis. Terdengarnya S3 adalah salah satu temuan klinik pertama sehubungan dengan dekompensasi. Ini mungkin sementara (gagal jantung luas atau kronis sehubungan dengan penyakit katup berat). |
|
Indikator klinik gagal jantung sisi kanan dan kongesti sistemik pada perluasan penyakit katup (2-3 katup). |
|
Hipertensi umu sebagai akibat gangguan katup, contoh stenosis aorta. Namun peninggian TD diatas normal dapat menunjukkan kelebihan cairan, khususnya bila terjadi tiba-tiba sepanjang tanda kongesti pulmonal. |
|
Terjadinya/teratasinya gejala menunjukkan status keseimbangan cairan dan keefektifan terapi. |
|
Dapat meningkatkan kerjasama pasien. Memberikan beberapa rasa kontrol dalam menghadapi upaya pembatasan. |
Kolaborasi
|
|
|
Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan gangguan oksigenasi dan metabolisme. Hipokalemia mencetus pasien pada gangguan irama jantung. |
|
Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan. |
|
Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/edema. |
|
Menurunkan retensi cairan. |
Diagnosa
Keperawatan : Nyeri, [Akut], Risiko Tinggi Terhadap
Faktor
risiko meliputi :
Iskemia
jaringan miokard ; Reganggan atrium kiri.
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
[Tidak
dapat diterapkan, tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa
aktual].
Hasil
yang diharapkan/kriteria hasil, pasien akan :
Melaporkan
nyeri hilang/terkontrol ; Menyatkan metode yang membuat nyeri hilang.
- Tindakan/intervensiRasionalMandiri
- Selidiki
laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya.
Gunakan skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat
ekspresi verbal/non verbal nyeri, respons otomatis terhadap
nyeri (berkeringan, tekanan darah dan nadi berubah, peningkatan
atau penurunan frekuensi pernapasan).
- Evaluasi
respons terhadap obat.
Penggunaan terapi obat dan dosis. Catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan nitrat menunjukan MVP, berhubungan dengan nyeri dada tidak khas/non-angina. - Berikan
lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan.
Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh: kerja tiba-tiba stres, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada. - Anjurkan
pasien berespons tepat terhadap angina (contoh : berhenti
aktivitas yang menyebabkan angina, istirahat, dan minum obat
angina yang tepat).
Penghentian aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan sering menghentikan angina. Kolaborasi- Berikan
vasodilator, contoh: nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai
indikasi.
Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan iskemia miokardia.
- Selidiki
laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya.
Gunakan skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat
ekspresi verbal/non verbal nyeri, respons otomatis terhadap
nyeri (berkeringan, tekanan darah dan nadi berubah, peningkatan
atau penurunan frekuensi pernapasan).
Diagnosa
Keperawatan : Intoleran Aktivitas
Dapat
dihubungkan dengan :
Ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan (penurunan /terbatasnya curah
jantung).
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
Laporan
verbal kelemahan atau kelelahan ; Kecepatan jantung abnormal atau
tekanan darah berespons terhadap aktivitas ; Ketidaknyamanan kerja
atau dispnea.
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi, pasien akan :
Menunjukkan
peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas ;
Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi toleransi aktivitas dan
penurunannya dengan efek negatif.
- Tindakan/intervensiRasionalMandiri
- Kaji
toleransi terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut:
frekuensi nadi 20/menit diatas frekuensi istirahat; catat
peningkatan tekanan darah, dispnea atau nyeri dada; kelelahan
berat dan kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan.
- Kaji
kesiapan untuk meningkatkan aktivitas, contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, tekanan darah stabil/frekuensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual. - Dorong
memajukan aktivitas/toleransi perwatan diri.
Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung. - Berikan
bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi, membersihkan rambut dengan duduk dan sebagainya.
Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. - Dorong
pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan. - Kaji
toleransi terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut:
frekuensi nadi 20/menit diatas frekuensi istirahat; catat
peningkatan tekanan darah, dispnea atau nyeri dada; kelelahan
berat dan kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan.
Diagnosa
Keperawatan : Ansietas [Uraikan Tingkatan]
Dapat
dihubungkan dengan :
Mengatasi/mengubah
status kesehatan (kronisitas penyakit) ; Efek fisiologis ; Situasi
krisis (perawatan di rumah sakit/tak adanya keluarga).
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
Rangsang
simpatis, eksitasi kardiovaskuler, gelisah, insomnia ; Peningkatan
tegangan, ketakutan ; Peningkatan ketidakberdayaan ; Ketidakpastian ;
Takut konsekuensi yang tak khusus ; Fokus pada diri sendiri ;
Mengekspresikan perhatian sehubungan dengan perubahn pola hidup.
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi, pasien akan :
Menyatakan
kesadaran perasaan ansietas ; Melaporkan penurunan/terkontrol ;
Menunjukkan relaksasi ; Menunjukkan perilaku untuk menangani stres.
- Tindakan/intervensiRasionalMandiri
- Identifikasi/evaluasi
persepsi yang ditunjukan oleh situasi.
- Pantau
respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang,
gelisah.
Membantu menentukan derajat cems sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respons verbal dan nonverbal. - Berikan
tindakan kenyamanan (contoh: mandi, gosokan punggung, perubahan
posisi).
Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping. - Koordinasi
waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi.
Memberikan rasa kontrol pasien untuk menangani beberapa aspek pengobatan (contoh: aktivitas perawatan, waktu pribadi). Menurunkan kelemahan, meningkatkan energi. - Dorong
ventilasi perasaan tentang penykit-efeknya terhadap pola hidup
dan status kesehatan akan datang. Kaji keefektifan koping dengan
stresor.
Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup jantung kronis dan secara tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terapi pada aktivitas sehari-hari. - Libatkan
pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong
partisipasi maksimum pada rencana pengobatan.
Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol. - Anjurkan
pasien melakukan teknik relaksasi (contoh: napas dalam,
bimbingan imajinasi, relaksasi progresif).
Memberikan arti penghilang respons ansietas menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi meningkatkan kemampuan koping. - Identifikasi/evaluasi
persepsi yang ditunjukan oleh situasi.
Diagnosa
Keperawatan : Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar], Tentang
Kondisi, Kebutuhan Pengobatan
Dapat
dihubungkan dengan :
Kurang
terpajan pada informasi tentang penyakit katup jantung ; Kesalahan
konsep/salah interprestasi informasi.
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
Permintaan
informasi ; Pernyataan masalah ; Perilaku tidak tepat atau salah,
contoh cemas berlebihan, agitasi (khususnya pada MVP) ; Tidak tepat
melakukan yang diinstruksikan.
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi, pasien akan :
Menyatakan
pemahaman proses penyakit, program pengobatan dan potensial
komplikasi ; Mengidentifikasi perilaku.perubahan pola hidup untuk
mencegah komplikasi ; Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan
mengikuti perawatan.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
|
|
Dapat meningkatkan kerja sama dengan terapi obat dan mencegah penghentian sendiri pada obat dan/atau interaksi obat yang merugikan. |
|
Penjadwalan meminimalkan berkemih malam hari/mengganggu tidur. |
|
Berat badan indikator utama keefektifan terapi diuretik dan harus diukur pada dasar teratur untuk memantau kecenderungan. |
|
Dapat mengindikasikan kebutuhn evaluasi status elektrolit (khusunya kalium) dan/atau gangguan program obat. |
|
Adanya perubahan pada frekuensi nadi (khususnya dibawah 60 kali per menit pada orang dewasa) dan irama (timbul tidak teratur) mungkin indikasi toksisitas digitalis dan harus dilaporkan pada dokter untuk evaluasi. |
|
Tindakan ini membantu meminimalkan efek samping vasodilator dan meningkatkan TD postural (dapat mencegah pingsan/jatuh) |
|
Meningkatnya natrium mengakibatkan retensi air dan meningkatkan kerja jantung. |
|
Program aktivitas bertahap yang konsisten dan tepat paling baik untuk meminimalkan kondisi dan kelemahan dan mencegah kelebihan kerja, yang dapat meningkatkan beban jantung/dekompensasi. |
|
Kebutuhan program aktivitas individual, seperti pada beberapa pasien yang toleran hanya dengan rentang gerak latihan sementara yang lain berpartisipasi pada program yang lebih aktif. |
|
Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi terhadap aktivitasnya sendiri adalah penting untuk keamanan dan/atau mengubah aktivitas harian. |
|
Ini indikasi toleransi terhadap aktivitas yang berhubungan dengan tidak adekuatnya curah jantung/memburuknya disfungsi katup. |
|
Pasien dnegan penyakit katup jantung berisiko terhadap endokartditis (sehubungan dengan perlengketan vegetasi struktur jantung) yang menimbulkan jaringan parut lanjut apada katup, retraksi lembaran dan kehilangan fungsi memerlukan intervensi bedah. |
|
Pasien dengan pembesaran atrium kiri, fibrilasi atrial kronis, dan adanya katup bauatan berisiko tinggi mengalami embolisasi dan juga dapat pulang dengan obat antikoagulan. |
|
Obat perlu dipakai waktu yang sama tiap hari untuk mempertahankan kadar terapeutik. Rentang terapeutik Coumadine berdasarkan masa protrombin |
|
Upaya evaluasi dan intervensi untuk mencegah komplikasi lebih serius. |
|
Kerja antikoagulan dipengaruhi oleh banyak produk obat yang dijual bebas. Perhatian pada tindakan keamanan akan membantu meminimalkan risiko perdarahan traumatik. |
|
Ini membantu mencegah peningkatan viskositas darah yang menimbulkan hiperkoagulasi dan potensial pembentukan trombus. |
|
Alkohol dan makanan tinggi vitamin K mengganggu masa protrombin dan harus dihindari. |
|
Mewaspadakan petugas darurat bahwa pasien menggunakan antikoagulan. |
|
Kondisi alamiah kronis dapat mempengaruhi kemampuan memnuhi kebutuhan diri sendiri/pemeliharaan dirumah, meningkatkan risiko isolasi sosial/depresi. |
- Menunjukkan penurunan episode dyspnea, nyeri dada, dan disritmia.
- Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tak ada edema
- Nyeri hilang/terkontrol
- Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas
- Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.
BAB 3 STUDI KASUS
Untuk
menggambarkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kelainan katup jantung, maka maka penulis
menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 30 april
sampai 02 mei 2014 dengan data sebagai berikut :
A. PENGKAJIAN
Pengkajian
(30-04-2014)
- Identitas Pasien
Nama
: Ny.
K
Umur
:
75 tahun
Jenis
Kelamirn
: Perempuan
Pendidikan
: SMA
Tanggal
MRS
: 26-04-2014 Pukul
: 22.00
WIB
No
Reg
: 103526
Diagnosa
medis :
AMI + DM
- Keluhan utama
Nyeri
dada seperti tertekan benda berat menjalar ke punggung.
- Keluhan sekarang
Pasien
semula mempunyai riwayat DM sejak 5 th yang lalu (GDA =
400)
Pasien tiba-tiba lemas tidak kuat untuk beraktivitas lalu pasien di
bawa ke UGD Rumah Sakit Adi Husada Kapasari dan di anjurkan masuk ke
ICU untuk dilakukan perawatan intensif.
- Riwayat Penyakit dahulu
Sebelumnya
pasien pernah dirawat di rumah sakit Adi Husda Kapasari karena DM
pada tahun 2012 selama 1 minggu MRS. Pasien tidak pernah operasi atau
alergi makanan atau obat-obatan.
- Riwayat Keluarga
Tidak
ada keturunan dari keluarga pasien yang mempunyai penyakit DM atau
hipertensi. Dan tidak ada dari keluarga pasien yang mempunyai
penyakit menular. Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah MRS.
- Riwayat Sosial
Pasien
di asuh oleh orang lain, pasien dapat berinteraksi dengan baik dengan
orang sekitar dan keluarga pasien, pasien berperan sebagai Ibu Rumah
Tangga.
- Kebutuhan Dasar
- Aktivitas/istirahat
Ds
: Pasien mengatakan badannya lemas dan sulit untuk beraktivitas, jika
mau miring kanan miring kiri perlu bantuan keluarga, pasien
mengatakan bisa tidur di malam hari (5jam).
Do
: Pasien di bantu keluarga saat miring kiri miring kanan, pasien di
bantu keluarga saat pemenuhan kebutuhan dasar, pasien tidak ditemukan
tanda-tanda kurang tidur, tidak ada lingkaran di sekitar mata, tidak
tampak menguap.
- Sirkulasi
Ds
: Pasien mengatakan tidak ada riwayat DM dan hipertensi pada kelurga.
Do
: TD 110/80 mmHg,
Nadi
80x/menit,
RR
20x/menit,
perfusi
hangat, Hasil EKG pada tg 26: Normal Sinus Rhythm with 1 st degree AV
block, Incomplete left bundle branch block ST evolution consider
lateral, injury or ocute infrak.
- Integritas Ego
Ds
: Pasien mengatakan tidak cemas terhadap penyakitnya, pasien optimis
bahwa dirinya akan sembuh.
Do
: Tidak ada tampak kecemasan pada pasien, komunikasi baik, tidak
mudah marah dan emosi.
- Pemeriksaan Penunjang
- Makanan/Cairan
Ds
: Pasien mengatakan kalau makan disuapin cleh keluarga, makanan di
rumah sakit lumayan enak, minun sehari 3gelas/hari.
Do
:
Pasien
makan ½
porsi
tiap hari, diet bubur kardiovaskuler 1900 kalori tak manis, minun
3gelas/ hari, 1 gelas teh, 2 gelas air putih, tugor kulit elastis,
tidak ada edem, menggunakan cairan normal saline balan cairan :
Minum :
1600/24
jam
Cairan :
500cc/24
jam
Input :
100/24
jam
Urine :
1400/24
jam
Jumlah :
+700/24
jam
- Neurosensori
Ds
: Pasien mengatakan tangan dan kakinya bisa digerakkan namun adanya
bantuan, tidak ada keluhan pusing.
Do
: Skala kekuatan otot, adanya rasa raba pada kaki dan tangan pasien,
kesadaran pasien composmentis, GCS 15/15 (E : 4, M : 5, V : 6) pasien
terlihat agak lemas.
- Nyeri/Kenyamanan
Ds
: Pasien mengatakan masih nyeri tiba-tiba disaat aktivitas, seperti
tertekan benda, tidak merambat, nyeri yang dirasakan skala 3, nyeri
hilang timbul yang dirasa selama 10 menit.
Do
: Tampak wajah meringis, memegangi lokasi nyeri yaitu pada dada
sebelah kiri.
- Pernafasan
Ds
: Pasien mengatakan terkadang sesak nafas, terkadang tidak.
Do
: Pasien memakai oksigen nassal 3 liter/menit, SPO2 97%, tidak ada
otot bantu nafas, tidak ada gerakkan cuping hidung.
- Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Pemeriksaan Hematologi
Tanggal
Pemeriksaan
|
Nama
Pemeriksaan/Hasil
|
Satuan
|
Rujukan
|
26-04-2014
|
Hb:
13,1
|
g/dL
|
L
: 14,0-18,0
P
:
12,0-16,0
|
Leuko
: 12,36
|
X
109
|
4,8
- 10,8
|
|
Trombo
:
322
|
Kecil/L
|
150-350
|
|
PCV
: 37,1
|
X
109/L%
|
L
: 42-52
P
: 37-47
|
|
GOT/AST
: 23
|
U/L
|
L
: <37 span="">37>
P
: <31 span="">31>
|
|
GOT/ALT
: 10
|
U/L
|
L
: <40 span="">40>
P
: <31 span="">31>
|
|
B.U.N
9,9
|
mg%
|
9-18
|
|
Kreat
: 0,49
|
mg%
|
L
: <1 10="" span="">1>
P
: <0 90="" span="">0>
|
|
GD
Puasa : 439
|
MG%
|
<120 span="">120>
|
|
27-04-2014
|
GD
Puasa :80
|
mg%
|
<120 span="">120>
|
GD
Sesaat : 287
|
mg%
|
<200 span="">200>
|
|
Asam
Urat : 1,63
|
mg%
|
L
: 3,0-7,0
|
|
Cholesterol
: 152
|
mg%
|
<200 span="">200>
|
|
Trigil
:83
|
mg%
|
L
: 40-160
|
|
H
D L : 27
|
mg%
|
35-65
|
|
L
D L : 110
|
mg%
|
150-190
|
Hasil
Pemeriksaan Radiologi (26-04-2014)
Thorax
:
Ap
berbaring
Cor
:
CTR 57 % membesar ringan
Aorta
Knob
Trachea
dan main bronchus berkapur
Pulmo
: Bendungan ringan
Kedua
sinus phrenico costalis tajam, difragma Normal
Hasil
Pemeriksaan EKG (26-04-2014 Pukul 22.00 WIB)
Normal
Sinus Rhythm with 1 st degree AV block
Incomplete
left bundle branch block st evolution concider lateral
Injury
or acute infark
Hasil
Pemeriksaan EKG (29-04-2014 Pukul 04:48 WIB)
Normal
Sinus Rhythm with marked sinus arrhythmia
Inferior
infarct, age undertermined st & T wave abnormality, consider
lateral ischemia
- Analisa Data
Dari
data yang dikumpulkan dapat dilakukan pengelompokan data sebagai
berikut :
Tanggal
30 april 2014
- DataEtiologiProblemDs : pasien mengatakan masih nyeri tiba- tiba saat istirahat seperti tertekan benda, nyeri di punggung tidak merambat, nyeri pada skala 3, nyeri hilang timbul selama 10 menit.Do : Pasien menunjuk skala VAS 3TTVTD : 110/80 mmHgN : 80x/menitS : 36,5˚ CRR : 20x/menitWajah meringis, tampak memegangi lokasi nyeri yaitu dada sebelah kiri.
Iskemi Jaringan Gangguu rasa nyaman (nyeri) Ds : Pasien mengatakan sulit melakukan aktivitas, melakukan aktivitas perlu bantuan keluarga.Do : Pasien tampak lemah, bedres, dibantu keluarga saat mika miki, terpasane o2 3liter/menit.N : 80x/menitTD : 110/80 mmHgRR : 20x/menitSkala kekuatan otot : 4
Ketidak seimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen. Intoleransi aktivitas Ds : pasien mengatakan masih ryeri tiba-tiba saat istrahat, seperti tertekan benda, nyeri di punggung tidak merambat, nyeri pada skala 3, nyeri hilang timbul selama 10 menit, pasien mengatakan terkadang sesak terkadang tidak.Do : Pasien memakai O2 nasal 3liter/menit, SPO2 97 % , RR 20x/menit , tidak ada gerakan cuping hidung, tidak ada otot bantu nafasTD : 110/80 mmHgN : 80x/menitCRT : 3 detikHasil ECG Normal Sinus Rhythm with marked sinus arrhythmia Inferior infarct, age undertermined st & T wave abnormality, consider lateral ischemia.Perubahan frekuensi irama Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung Ds : pasien mengatakan perlu bantuan untuk mandiDo : pasien dimandikan oleh keluarga dan dibantu oleh petugas, pasien tampak kotor di mulut, tidak ada luka atau lesi pada ekstremitas pasien.Kelemahan Defisit perawatan diri
- Diagnosa Keperawatan
Dari
data yang diperoleh prioritas data diagnosa keperawatan yang di dapat
adalah :
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemi jaringan
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan O2
- Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengarn perubahan frekuensi, irama, konduksi
Prioritas
diagnosa keperawatan
Diagnosa
1
:
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemi jaringan.
- TujuanRencana TindakanRasional
Nyeri dapat berkurang setelal mendapatkan askep 3x24 jam Kriteria hasil :menunjukan adanya penurunan tekanan dan cara berelaksasi.- Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri
- Monitor TTV pada pasien
- Berikan suasana lingkungan yang tenang dan posisi yang nyaman
- Mengajari pasien mengatasi rasa nyeri dengan teknik relaksasi
- Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian oksigen obat-obatan
aralgesik.
- Mengetahui skala nyeri pada pada pasien
- Mengetaui perkembangan pasien
- Meningkatkan relaxasi pada pasien
- Untuk mengurangi rasa resa nyeri pada pasien
- Menjalankan
fungsi independen perawat.
Diagnosa
2
:
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan O2.
- TujuanRencana TindakanRasional
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3x 24 jam pasien dapat menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal). Kriteria Hasil :TTV normalPeningkatan aktivitas- Pantau atau catat kecenderungan frekuensi jantung dan tekanan darah
- Observasi perubahan status mental orientasi/ gerakan dan penurunan reflek tubuh
- Dampingi
dan bantu pasien pada saat melakukan aktivitas berlebihan.2
- Waspada terhadap terjadinya frekuensi jantung dan tekanan takikardi, hipertensi atau darah hipotensi
- Dapat mengindikasikan penurunan aliran darah atau oksigenasi cerebral sebagai akbat penurunan curah jantung
- Membantu
atau mencegah kelemahan atau terlalu lelah dan stress cardio
vaskuler yang berlebihan.
Diagnosa
3
:
Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi irama.
- TujuanRencana TindakanRasional
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3x 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung. Kriteria Hasil :TTV normalMelaporkan penurunan episode dipsnea, anginaMendemontrasikan peningkatan intoleransi aktivitas.- Pantau SPO2
- Observasi tingkat kesadaran
- Observasi TTV
- Motivasi pasien untuk tidak mengejan saat BAB
- Berikan makanan untuk dikunyah
- Kolaborasi pemberian oksigen
- Pemberian
obat-obatan sesuai indikasi.
- Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan
- Untuk mengetahui hasil kesadaran psien
- Untuk mengetahui perkembangan pasien
- Mengupayakan penggunaan bedpan
- Makan besar dapat meningkatkan kerja miokard
- Untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen pasien
- Menjalankan
fungsi independen keperawatan.
- Tgl/JamNo. DiagnosaTindakanResponNama Perawat30-04-201407.30 WIB1,2,3
Mengobservasi keluhan yang dirasakan pasien Pasien mengatakan terkadang hilang timbul dan nyeri selama 10 menit. Pasien mengatakan agak sesak nafas. Putri P07.45 WIB3Memberikan makan diet B.KV 1900 kalori tidak manis Pasien mau makan setengah porsi disuapi keluarga. Putri P08.00 WIB1,2,3Memberikan obat oral :CPG 75mg (1x1)Trizedon 5mg (2x1)Pasien tidak ada reflek muntah. Putri P08.05 WIB1,2,3Memberikan obat injeksi :Pantozol 45mg (1x1)Obat sudah masuk melalui IV. Putri P09.00 WIB1Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien, merapikan tempat tidur, mengganti pempers dan mengganti selimut. Pasien kooperatif mau dirapikan tempat tidurnya dan diganti pempers. Putri P09.30 WIB1Mengajari pasien cara mengatasi nyeri yaitu dengan menarik nafas panjang dan mengeluarkan melalui mulut. Pasien kooperatif diajarkan teknik mengatasi nyeri. Putri P10.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV TD : 120/80 mmHgN : 80x/menitS : 36,5˚CRR : 20x/menitPutri P10.15 WIB3Memonitor SPO2 98% Putri P11.00 WIB2Membantu pasien untuk miki. Pasien kooperatif untuk dilakukan miki. Putri P11.30 WIB3Memberikan makan diet B.KV 1900 kalori tidak manis. Pasien makan setengah porsi disuapi keluarga. Putri P12.00 WIB1,2,3Memberikan obat oral Cedocard 3x5mgTromboaspilet (1x1)Pasien tidak ada reflek muntah. Putri P13.00 WIB1,2Memandikan pasien dan merapikan tempat tidur. Pasien tampak bersih dan tempat tidur rapi. Putri P14.00 WIB1,2,3Mengobservasi keadaan umum pasien. Pasien tidur terlentang, tidak sesak, tidak ada rasa nyeri, pasien dijaga keluarga, pagar tempat tidur sudah tertutup. Putri P15.00 WIB1,2,3Mengobservasi keadaan umum pasien Pasien tidur terlentang, tidak sesak, tidak ada rasa nyeri, pasien dijaga keluarga, pagar tempat tidur sudah tertutup. Putri P16.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV TD : 110/90 mmHgN : 82x/menitS : 36,4˚CRR : 20x/menitPutri P16.30 WIB1,2,3Memberikan obat tetes hidung Otrivin Hidung kanan kiri 1 tetes. Putri P17.05 WIB1,2,3Memberikan obat injeksi Apidra 10u SC. Injeksi di SC tangan kanan. Putri P17.30 WIB3Memberikan makan diet B.KV 1900 kalori tidak manis. Pasien makan 1porsi disuapi keluarga. Putri P19.00 WIB1,2,3Memberikan injeksi Arixtra SC. Injeksi SC umbilicus. Putri P19.30 WIB1,2,3Memberikan obat oral Atorzan 20mgCedocard.Pasien tidak ada reflek muntah. Putri P22.00 WIB1,2,3Mengobservasi keadaan umum pasien. Pasien tidur dengan tenang dijaga keluarga, tetesan infus lancer, lifeline, lokasi infus tidak bengkak. Putri P24.00 WIB1,2,3Memberikan obat tetes hidung Otrivin. Pada hidung pasien kanan kiri 1 tetes. Putri P04.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV. TD : 120/80 mmHgN : 80x/menitS : 36,6˚CRR : 20x/menitPutri P05.00WIB3Memonitor GD 142 dl Putri P05.30 WIB1,2,3Memandikan pasien dan menanyakan keluhan pasien. Pasien tampak bersih tidak ada luka atau lesi. Putri P05.45 WIB3Melakukan instruksi dokter ECG. Normal Sinus Rhythm, Inferior infark, Possibly acute. Putri P07.30 WIB1,2,3Mengobserasi keluhan pasien. Pasien mengatakan nyeri berkurang pada skala 1, tidak sesak nafas, aktivitas dibantu keluarga sedikit-sedikit. Putri P07.50 WIB3Memberikan makan diet B.KV 1900 kalori tidak manis. Pasien habis 1porsi, minum 1 gelas sari kacang hijau, the hangat ½ gelas. Putri P08.00 WIB1,2,3Memberikan obat oral :CPG 75mg (1x1)Trizedon 5mg (2x1)Pasien minum obat tidak ada reflek muntah. Putri P08.10 WIB1,2,3Memberikan obat injeksi pantozol 45mg, Drip PZ 100. Bat masuk IV Drip PZ 100. Putri P09.00 WIB1,2Membantu pasien miring kanan sesekali. Pasien bisa memenuhi kebutuhan miring kanan. Putri P10.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV TD : 110/70 mmHgN : 86x/menitS : 36,2˚CRR : 20x/menitPutri P11.00 WIB1,2Membantu pasien untuk melakukan aktivitas setengah duduk. Pasien kooperatif bisa diposisikan setengah duduk. Putri P11.15 WIB3Memberikan makan diet B.KV 1900 kalori tidak manis. Pasien habis 1porsi. Putri P11.30 WIB1,2,3Memberikan obat oral :Cedocard (3x5mg)Tromboaspilet (1x1)Pasien minum tidak ada reflek muntah. Putri P13.00 WIB1,2,3Mengobservasi keluhan pasien. Pasien mengatakan nyeri berkurang, tidak sesak nafas, pasien dengan posisi setengah duduk. Putri P15.05 WIB1,2,3Mengobservasi keadaan umum pasien dan menanyakan keluahan. Pasien dijaga keluarga, tidak menggunakan infus hanya INT, pasien mengatakan tidak nyeri, pasien sudha bisa duduk. Putri P16.10 WIB1,2,3Mengobservasi TTV. TD : 130/80 mmHgN : 82x/menitS : 36,6˚CRR : 20x/menitPutri P16.40 WIB1,2,3Memberikan obat tetes hidung Otrivin. Pada hidung pasien kanan kiri 1 tetes. Putri P17.10 WIB1,2,3Memberikan obat injeksi Apidra 10u SC. Injeksi di SC tangan kanan. Putri P17.30 WIB3Memberikan makan diet B.KV 1900 kalori tidak manis. Pasien habis 1porsi. Putri P19.15 WIB1,2,3Memberikan injeksi Arixtra SC. Injeksi SC umbilicus Putri P20.00 WIB1,2,3Memberikan obat oral Atorzan 20mgCedocard 5mg.Pasien tidak ada reflek muntah. Putri P21.00 WIB1,2,3Mengobservasi keadaan umum pasien. Pasien tidur dengan tenang dan dijaga keluarga, pasien menggunakan INT. Putri P24.00 WIB1,2,3Memberikan obat tetes hidung Otrivin. Pada hidung pasien kanan kiri 1 tetes. Putri P04.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV. TD : 110/70 mmHgN : 82x/menitS : 36,2˚CRR : 20x/menitPutri P05.00 WIB3Memonitor GD 128 dl Putri P05.15 WIB1,2,3Memandikan pasien. Pasien tampak bersih dan tidak ada lesi. Putri P06.30 WIB1,2,3Memantau keadaan umum pasien sebelum pulang. Pasien bangun dengan posisi setengah duduk dengan tenang dan tidak gelisah, oksigen nasal 3liter/menit, pasien dijaga keluarga, tidak menggunakan infus hanya INT. Putri P
Diagnosa
1
: Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemi jaringan S :
Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
O :
TTV : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,5˚C, RR : 20x/menit,
ekspresi wajah tidak meringis, hasil EKG : Normal Sinus Rhythm,
Inferior infark, possibly acute
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Tindakan dilanjutkan dengan observasi.
Diagnosa
2
: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplay dan kebutuhan 02
S :
Pasien mengatakan sudah bisa miring kiri kanan dan latihan duduk di
bantu keluarga, tak pusing, tak sesak, tak nyeri
O :
Pasien duduk semifowler
O2 :
3 liter/menit
SPO2 :
98 %
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Tindakan dilanjutkan dengan observasi.
Diagnosa
3
: Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan frekuensi.
S :
Pasien mengatakan tidak sesak nafas, nyeri berkurang, bisa latihan
setengah duduk
O :
SPO2
: 98%
O2
nasal 3 liter/menit
TD
: 110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,5˚C, RR : 21x/menit
Tidak
ada pergerakan cuping hidung, hasil EKG : Normal Sinus Rhythm,
Inferior infark, possibly acut
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Tindakan dilanjutkan dengan observasi.
DAFTAR PUSTAKA
E.
Doenges, M., Moorhouse, M. F., & C. Geissler, A. (1999). RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN.
Jakarta: EGC.
LeMone,
Priscilla, Burke, Karen M, & Bauldoff, Gerence. (2014).
MEDICAL-SURGICAL
nursing: critical thinking for person-centerd care.
Australia: Pearson.
McPhee,
S. J. (2010). Patofisiologi
Penyakit.
Jakarta: EGC.