TINJAUAN
TEORI
1.1
Definisi
Diabetes
militus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia sebagai akibat defisiensi sekresi insulin. Diabetes merupakan
faktor risiko berbagai penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke. (Rumahorbo, 2014)
Faktor
pemicu tingginya angka penyakit pada DM 1 adalah lantaran anak-anak sekarang banyak makan makanan yang
tidak sehat, mengandung tinggi gula, dan kurang bergerak atau berolaraga. Oleh
karena itu, orang tua harus memperhatikan kebiasaan makan serta aktivitas fisik
anak dirumah dan sekolah, selain itu orang tua mesti teliti memperhatikan
perkembangan berat badan anak-anaknya.(Susilo, 2011)
Sedangkan
sebagaian besar kasus DM tipe 2 disebabkan oleh faktor keturunan. Namun faktor
keturunan hanya menumbang resiko 5%. Kecenderungan yang terjadi adalah karena
peningkatan berat badan atau mengalami kegemukan akibat gaya hidup yang tidak
teratur. Faktor gaya hidup yang tidak sehat inilah yang memicu DM. (Susilo, 2011)
1.2 Klasifikasi
1
Klasifikasi Klinis:
a. Diabetes
tipe 1
Merupakan kondisi autoimun yang
menyebabkan kerusakan sel β pankreas sehingga timbul difisiensi insulin
absolut. Pada DM tipe 1 sisitem imun tubuh sendiri secara spesifik menyerang
dan merusak sel – sel penghasil insulin yang terdapat pada pankreas. Belum
diketahui hal apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini, namum bukti –
bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti
infeksi virus tertentu bereperan dalam prosesnya, Sekitar 70 – 90% sel β hancur
sebelum timbul gejala klinis. Pasien DM tipe 1 harus menggunakan injeksi
insulin dan menjalankan diet secara ketat.(baradero, 2009)
b.
Diabetes tipe 2
Diabetes tipe ini merupakan bentuk
diabetes yang paling umum. Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin.(baradero, 2009)
c.
Diabetes tipe lain (baradero, 2009)
1)
Defek genetik fungsi
sel beta
2)
Defek genetik kerja
insulin
3)
Penyakit eksokrin
pankreas
4)
Infeksi
d.
Diabetes gestational
Diabetes ini diesebabkan karena terjadi
resistensi insulin selama kehamilan dan biasanya kerja insulin akan kembali
normal setelah melahirkan(baradero, 2009)
1.3
Etiologi
Penyakit DM secara umum disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak
terkontrol atau sebagai efek samping dari pemakaian obat obat tertentu.Selain
itu, DM disebabkan oleh tidak cukupnya hormon insulin yang dihasilkan pancreas
untuk menetralkan gula darah dalam tubuh.Hormon insulin berguna untuk memproses
zat gula atau glukosa yang berasal dari makanan dan minuman yang anda konsumsi.
Berikut faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang beresiko terkena DM(susilo, 2011)
1)
Faktor Keturunan
Penyakit DM
kebanyakan adalah penyakit keturunan, bukan penyakit menular
2)
Obesitas
Termasuk
hal yang menyebabkan terjadinya DM, Jadi kelebihan kalori dapat menyebabkan
seseorang menjadi kegemukan
3)
Hipertensi
Penyakit
hipertensi sangat berbahaya bagi kesehatan. Dengan tingginya kadar lemak dalam
darah sensitifitas darah terhadap insulin menjadi sangat rendah.
4)
Angka
Triglycerid
Triglycerid
adalah salah satu jenis molekul lemak yang tinggi. Tinggi nya kadar
triglyceride akan mempengaruhi senstifitas insulin, hal ini akan memicu
terjadinya DM
5)
Level
Koleseterol yang tinggi
Diabetes yg
tidak terontrol dengan kadar glukosa yg tinggi cenderung meningktkan kadar
kolestrol dan trigliserida dalam tubuh. Kolestrol LDL pada penderita diabetes
lebih ganas krn bentuknya lebih padat dan ukurannya lebih kecil,sehingga sagat
muda masuk dan menempel pada lapisan pembuluh darah yg lebih dalam.
6)
Mengkonsumsi
Makanan Instan
Kandungan
dalam makanan instan bila dikonsumsi secara terus menerus dan tidak diimbangi
dengan pola hidup yg sehat akan menyebabkan terganggu nya kesehatan,seperti
kegemukan,tingginya kolestrol dan lain-lain.Inilah yg memicu terganggu
metabolisme dan tubuh termasuk sensitifitas isulin yg menyebabkan DM.
7)
Merokok dan
Stress
Rokok
mengandung nikotin. Nikotin menyebar dalam darah akan memengaruhi seluruh kerja
organ tubuh,darah yg teracuni nikotin akan menyebabkan sensitifitas insulin
terganggu. Stress yg berlangsung terus menerus akan menyebabkan terjadi kandungan
racun yg melimpah didalam tubuh. Inilah yg kemudian mengacaukan metabolisme
tubuh sehingga sensitiftas insulin pun terganggu.
8)
Terlalu banyak
mengkonsumsi karbohidrat
Didalam
karbohidrat ini terdapat banyak zat gula yg akan memicu pertambahan kadar gula
darah.
9)
Kerusakan pada
sel pancreas, DM
terjadi jika pancreas tidak berfungsi semestinya. Biasanya pancreas
menhgasilkan insulin tetapi jika pancreas berhenti menghasilkan insulin
penyakit DM akan terjadi.
1.5 Tanda Diabetes Melitus
Beberapa tanda
dari diabetes :
1. Takikadia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas. Letargi/disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot
2. Takikardia. Perubahan tekanan darah
postural;hipertensi. Nadi yang menurun. Distremia. Krekels;DVJ. Kulit panas,
kering dan kemerahan
3. Ansietas,peka rangsang
4. Urine encer , pucat , kuning; poliuri. Urin berkabut
, bau busuk.abdomen keras . Bising usus lemah dan menurun
5. Kulit kering , turgor jelek. Kekakuan , muntah.
Pembesaran tyroid. Bauhalitosis , bau buah
6. Disorientasi; mengantuk, letargi , koma. Gangguan
memori; kacaumental. Reflek tendon dalam menurun. Aktivitas kejang
7. Wajah meringis dengan palpatasi;tampak sangat
berhati-hati
8. Lapar udara. Batuk, dengan/tanpa sputum purulen.
Frekuensi pernafasan
9. Demam,daifreose. Kulit rusak,lesi. Menurunnya
kekuatan umum/tentanggerak. Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot
pernafasan (doenges,
2000)
1.6 Gejala Diabetes Melitus
Beberapa gejala
dari diabetes :
1.
Lemah,letih,sulit
bergerak/berjalan. Kram otot, tonus otot
menurun.Gangguan
tidur atau istirahat
2. Adanya riwayat
hipertensiyang akut.Kludikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada
kaki, penyembuhan yang lama
3. Stresstergantung
pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungandengan kondisi
4. Perubahan
pola berkemih,nokturia. Rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK. Nyeri
tekan abdomen. Diare
5. Hilang
nafsu makan. Mual mutah. Tidak mengikuti diet; peningkatanmasukan glukosa.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu. Haus
6. Pusing.
Sakit kepala. Kesemutan. Kebas kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan
7. Abdomen
yang tegang/nyeri
8. Merasa
kekurangan oksigen, batuk, deangan/tanpa sputum purulen.
9. Kulit
kering,gatal,ulkus kulit
10. Rebas vagina. Masalah impoten pada pria;kesulitan
orgasme pada wanita
11. Faktor resiko keluarga;DM, penyakit jantung, stroke,hipertensi.Penyembuhan yang lambat.
Penggunaan obat seperti steroid, diuretik;dilantin dan fenobarbital (doenges, 2000)
1.7 KOMPLIKASI
Berbagai
komplikasi yang dapat berkembang pada diabetes baik yang bersifat akut maupun
kronik :
a. Komplikasi akut
Ada tiga komplikasi akut pada DM yang penting dan
berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek
1)
Hipoglikemia
Hipoglikemia
adalah suatu kondisi yang menunjukkan kadar glukosa dalam darah rendah. Kadar
glukosa turun dibawah 50 mg/dl.Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan dalam 2
kategori yaitu gejala adrenergic dan gejal sistem saraf pusat. Hipoglikemi
dapat dikelompokkan menjadi ringan, sedang dan berat
Hipoglikemi
ringan diagnosis ketika kadar glukosa darah 50 mg/dl yang akan merangsang
sistem ssimpatis dimana terjadi perangsangan adrenalin sehingga seperti tremor,
takikardia, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Hiplogikemia
sedang didiagnosis ketika terjadi penurunan kadar glukosa darah kurang dari 50
mg/dl kondisi ini menyebabkan sel-sel otak tidak cukup mendapatkan glukosa
sehingga menimbulkan gangguan pada sistem saraf pusat.
Tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo,bingung, penurunan daya ingat,mti rasa
didaerah bibir serta lidah,bicara rero,gerakan tidak terkoordinasi,perubahan
emosional,perilaku tidak rasional.
Hipoglikemia
berat didiagnosis bila kadar glukosa darah kurang dari 40mg/dl gejala dapat
mencaku gangguan perilaku seperti disorientasi,serangan kejang,sulit
dibangunkan atau bahkan kehilangan kesadaran.
2)
Diabetes
ketoasidosis
Disebabkan
oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup jumlah insulin yg nyata.Keadaan ini
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat protein dan lemak. Ada 3
gambaran klinik yg penting pada ketoasidosis,yaitu terjadinya
dehidrasi,kehilangan elektrolit dan asidosis
3)
Syndrom
hypergliemia hyperrosmolar non ketotik
merupakan
keadaan yg didominasi oleh hyperosmolaritas dan hyperglikemia yg disertai
perubahan tingkat kesdaran. keadaan hyperglikemia persistem menyebabkan
diuresis osmotic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit.(rumahorbo, 2014)
1.8 Penatalaksanaan
Ada
empat pilar pelaksanaan diabetes militus yaitu edukasi, terapi gizi, olaraga,
dan obat
1. Edukasi
Perubahan perilaku
sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal.
Supaya perubhan perilaku berhasil, dibutuhkan edukasi yang komphrensif dan
upaya peningkatan motivasi. Perubahan perilaku bertujuan agar penyandang
diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Beberaa perubahan perilaku yang
diharapkan seperti mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kesehatan jasmani,
menggunakan obat diabetes, dan obat – obat pada keadaan khusus secara aman dan
teratur, melakukan pemantauan glukosa darah mandiri, dan memanfaatkan data yang
ada, melakukan perawatan kaki secara berkala, memiliki kemampuan untuk mengenal
dan dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat, mempunyai ketrampilan
mengatasi masalah yang sederhana dan mau bergabung dengan kelompok penyandang
diabetes.
2. Terapi
gizi medis
Pada umumnya, diet
untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3j yaitu jumlah, jenis dan jadwal.
Faktor – faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis kelmain,
umur, aktivitas fisik, dan berat badan Penentuan statys gizi dapat menggunakan
indeks massa tubuh
a.
Cara perhitungan IMT
Indeks massa tubuh
dibgai menjadi beberapa klasifikasi dengan cara menghitung sebagai berikut:
BB
TB (dalam m2)
No
|
Klasifikasi
|
IMT
|
1
|
BB
kurang
|
<
18,5
|
2
|
BB
normal
|
18,5 – 22,9
|
3
|
BB
lebih
|
>
23
|
|
Dengan
resiko
|
23 – 24,9
|
|
Obes
1
|
25 – 29,9
|
|
Obes
II
|
>
30
|
b.
Penentuan status gizi berdasarkan rumus baca
Pertama – tama dilakukan perhitungan
berat badan ideal dengan Denganrumus berikut:
(TB cm – 100 )-10%
Perhitungan status gizi pada laki – laki
dengan tinggi < 160 cm dan seseorang dengan tinggi <150 10="" :="" bbi="" dari="" dihitung="" dikurang="" penentuan="" span="" status="" tidak="">150>
(BB aktual : BB ideal) x 100 %
No
|
Klasifikasi
|
Relative
Body Weight
|
1
|
BB kurang
|
BB
< 90 % BBI
|
2
|
BB normal
|
BB
90 – 110 % BBI
|
3
|
BB lebih
|
BB
110 – 120 % BBI
|
4
|
Gemuk
|
BB
>120 % BBI
|
c.
Penentuan kebutuhan kalori per hari
1) Kebutuhan
basal
i.
Laki – laki : BBI x 30
ii.
Perempuan : BBI X 25
2) Koreksi
atau penyesuaian
a)
Umur diatas 40 tahun :
-5 %
b)
Aktivitas ringan : + 10
%
c)
Aktivitas sedang : + 20
%
d)
Aktivitas berat : + 30
%
e)
Berat badan gemuk
: - 20 %
f)
Berat badan lebih : -
10 %
g)
Stress metabolik : + 10
– 30 %
h)
Kehamilan trismeter 1
dan 2 : + 300
i)
Kehamilan trismeter : +
500
Penyandang
diabetes juga dapat mengidap penyakit lain, maka pola
makan
disesuaikan dengna penyakit penyertanya. Komposisi makanan
yang
dianjurkan terdiri atas beberapa unsur gizi penting yaitu :
a. Karbohidrat
1)
Karbohidrat yang
dianjurkan sebesar 45 – 65 total asupan energi
2)
Pembatasan karbohidrat
total < 130 g/hari tidak dianjurkan
3)
Makanan harus
mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi
4)
Gula dalam bumbu
diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan
keluarganya
5)
Sukros tidak boleh
lebih dari 5 % total asupan energi
6)
Pemanis alternatif
digunakan sebgai pengganti gula
7)
Makan tiga kali sehari
untuk mendistribusikan asupan karbohidra dalam sehari
b. Lemak
1) Asupan
lemak dianjurkan 20 – 25 % kebutuhan kalori, tidak diperkenankan melebihi 30 %
2) Lemak
jenuh < 7 %
3) Lemak
tidak jenuh ganda < 10 % selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal
4) Bahkan
makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak
trans
5) Anjurkan
konsumsi kolestrol < 300 mg/hari
c. Protein
1) Dibutuhkan
sebesar 10 – 20 %
2) Sumber
protein yang baik adalah ikan, udang , cumi , daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
prosuk susu rendah lemak, kacang – kacangan, tempe, tahu
3) Pasien
dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari
atau 10 % dari kebutuhan energi
d. Natrium
1) Anjuran
asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran masyarakat umum
yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6 – 7 g garam dapur
2) Mereka
yang hiperteni, pembatasan natrium sampai 2400 mg atau garam dapur
3) Sumber
natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda dan bahan pengawet seperti
natrium benzoat dan natrium nitrit
e. Serat
1) Seperti
halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengkonsumsi cukup serat
dari kacang – kacangan, buah dan syauran serta sumber karbohidrat yang tinggi
serta. Oleh karena mengandung vitamin, mineral, serat dan bahan lain yang baik
untuk kesehtan
2) Anjuran
konsumsi serat adalah ±25 g/1000 kkal/hari
f.
Pemanis alternatif
1) Pemanis
dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan tak bergizi termasuk pemanis bergizi
adalah gula alkohol dan fruktos
2) Gula
alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, dll
3) Penggunaan
pemanis bergiziz perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehat
4) Fruktosa
tidak dianjurkan penggunaannya bagi penyandang diabetes karena efek samping
pada lemak darah
5) Pemanis
tak bergizi termasuk aspartam, sakarin, acessulfame potasium dll
6) Pemanis
alternatif penggunaannya tidak akan mengganggu kesehatan sepanjang tidak
melebihi batas aman
1. Olahraga
Olaraga selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
inulin, sehingga memperbaiki kendali glukosa darah. Prinsip olaraga pada pasien
Dm adalah CRIPE, yaitu sebagai berikut
1) Continous
Latihan harus
berkesinambungan secara terus menerus tanpa berhenti dalam waktu tertentu,
contohnya Berlari, istirahat,
lalu mulai berlalri lagi.
2) Rhytmical
Olaraga harus dipilih
yang berirama yaitu otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Contohnya jalan kaki, berlari dan
berenang
3)
Interval
Latihan
dilakukan secra berselang – seling antara gerak lambat dan cepat. Contohnya
lari dapat diselingi jalan biasa
4)
Progressif
Latihan
dilakukan meningkat secara bertahap sesuai kemampuan dari ringan sampai sedang
hingga mencapai 30 – 60 menit dan intensitas latihan mencapai 60 – 70% maksimum
heart rate. Sementara frekuensi latihan dilakukan 3 – 5 kali perminggu
5)
Endurance
Latihan
harus ditujukan pada latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan pernafasan
dan jantung. Hal ini dipenuhi oleh olaraga seperti jalan kaki, berenang,
berlari
BAB
II
ASUHAN KEPERAWATAN
Data bergantung pada berat dan
lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh pada fungsi organ
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala
: Lemah,letih,sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus otot menurun. Gangguan
tidur atau istirahat
Tanda
:Takikadia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
Letargi/disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot
SIRKULASI
Gejala
: Adanya riwayat hipertensi;yang akut.Kludikasi, kebas dan kesemutanpada
ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda
: Takikardia. Perubahan tekanan darah postural;hipertensi. Nadi yang menurun.
Distremia. Krekels;DVJ. Kulit panas, kering dan kemerahan
INTEGRITAS EGO
Gejala
: Stress;tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi
Tanda
: Ansietas,peka rangsang
ELIMINASI
Gejala
:Perubahan pola berkemih,nokturia. Rasa nyeri terbakar, kesulitanberkemih, ISK.
Nyeri tekan abdomen. Diare
Tanda
: Urine encer , pucat , kuning; poliuri.
Urin berkabut , bau busuk. abdomen keras . Bising usus lemah dan menurun
MAKANAN / CAIRAN
Gejala
: Hilang nafsu makan. Mual mutah. Tidak mengikuti diet; peningkatan
masukan glukosa.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapahari atau minggu.Haus
Tanda
: Kulit kering , turgor jelek. Kekakuan , muntah. Pembesaran tyroid. Bauhalitosis
, bau buah
NEURO SENSORI
Gejala
: Pusing. Sakit kepala. Kesemutan. Kebas kelemahan pada otot,
parestesia.gangguan penglihatan
Tanda
: Disorientasi; mengantuk, letargi , koma. Gangguan memori; kacau mental. Reflek tendon dalam menurun. Aktivitas
kejang
NYERI/KENYAMANAN
Gejala
: Abdomen yang tegang/nyeri
Tanda
: Wajah meringis dengan palpatasi;tampak sangat berhati-hati
PERNAFASAN
Gejala
: Merasa kekurangan oksigen, batuk, deangan/tanpa sputum purulen.
Tanda
: Lapar udara. Batuk, dengan/tanpa sputum purulen. Frekuensi pernafasan
KEAMANAN
Gejala
: Kulit kering,gatal,ulkus kulit
Tanda
: Demam,daifreose. Kulit rusak,lesi. Menurunnya kekuatan umum/tentanggerak.
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan
SEKSUALITAS
Gejala
: Rebas vagina. Masalah impoten pada pria;kesulitan orgasme pada wanita
PENYULUHAN
Gejala
: Faktor resiko keluarga;DM, penyakit jantung,stroke,hipertensi. Penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat
seperti steroid, diuretik;dilantin dan fenobarbital (doenges, 2000)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Glukosa
darah : Meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
Asetan
plasma : Positif secar mencolok
Asam
lemak bebas : Kadar lipid dan kadar kolestrol meningkat
Osmolalitas
serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/I
Elektrolit
Natrium
: Mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium
: Normal atau peningkatan semu, selanjutnya akan menurun
Fosfor
: Lebih sering menurun
Hemoglobin
glikosilat : Kadranya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan
kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir dan karenanya sangat bermanfaat
dalammembedakan DKA dengan kontrol yang adekuat versusDKA yang berhubungan
dengan insiden
Gas darah arteri :
Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
dengan komponen alkalosis respiratorik
Trombosit
darah : Ht mungkin meningkat;leukositosis, hemokonsentrasimerupakan respon
terhadap stres pada infeksi
Ureum : Mungkin
meningkat atau normal
Amilase darah : Mungkin
meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA
Insulin
darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada atau normal sampaitinggi yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ganggaun dalampenggunaannya. Resisten
insulin dapat berkembang sekunderterhadappembentukan antibodi
Pemeriksaan
fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapatmeningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin
Urine
: Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat
Kultur
dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka(doenges, 2000)
2.2Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul
1.
Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidak seimbangan cairan (dehidrasi).
2. Keletihan yang berhubungan
dengan kondisi fisiologis (malnutrisi) .
3. Defisit nutrisi kurangdari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme.
4. Resiko
tinggi infeksi yang berhubungan glukosa darah yang tinggi.
5. Defisit
pengetahuan tentang penyakit DM, obat serta efek dan efek samping, ketrampilan
perawatan diri, diet, aktivitas yang berhubungan dengan tidak ada informasi
baru tentang DM, serta pengobatannya.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan internal
: kondisi gangguan metabolic
7. Ansietas/ kecemasan berhubungan dengan: perubahan,
infeksi, krisis maturasi, krisis situasional, stress, ancaman, kebutuhan yang
tidak dipenuhi
8. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dengan faktor
resiko : defisiensi volume cairan, diare, disfusi endokrin, gangguan mekanisme
regulasi, muntah
9. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan
membran alveolan/kapiler, ventilasi perfusi
10. Mual berhubungan dengan biofisik : gangguan biokimia
(ketoasidosis diabetic)
11. Penurunan curah jantung berhubungan dengan : perubahan
afterload, perubahan kontraktilitas, perubahan frekuensi jantung, perubahan
prelod, perubahan irama, perubahan volume sekuncup
12. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
masa otot , penurunan kekuatan otot
13. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
14. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
(ulkus diabetikum)
15. Inkontinensia urine refleks berhubungan dengan :
gangguan neurologis diatas lokasi pusat mikturisi kontinal, gangguan neurologis
diatas lokasi pusat mikturisi sacral
16. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
dengan faktor resiko DM
17. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak dengan
faktor resiko : embolisme, hipertensi
18. Diare berhubungan dengan faktor fisiologis :
malabsorbsi
19. Resiko syok dengan faktor resiko hipovolemia
20. Konstipasi berhubungan dengan gangguan neurologis
21. Disfungsi seksual berhubungan dengan proses penyakit
(DM)
22. Resiko mata kering dengan faktor resiko penyakit DM (PPNI, 2016)
2.3
Intervensi
Diagnosa 1 :Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidak seimbangan cairan (dehidrasi).
Tujuan
|
Intrevensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tercapai keseimbangan
cairan
Kriteria Hasil:
1. Tekanan
darah dalam batas normal
2. Denyut
nadi radial dalam batas normal
3. Tekanan
arteri dalam batas normal
4. Tekanan
vena sentral dalam batas normal
5. Pulmonal
wedge pressure dalam batas normal
6. Denyut
nadi perifer dalam batas normal
7. Terdapat
keseimbangan input dan output dalam 24 jam
8. Berat
badan stabil
9. Turgor
kulit dalam batas normal
|
1.
pantau tanda tanda vital, catat adanya
perubahan TD ortostatik
|
1.
Hipovolemia dapat dimanifestasikan
oleh hipotensi dan takikardia
|
2.
pola nafas seperti adanya pernafasan
kusmaul atau pernafasan yang berbau keton.
|
2.
Paru-paru mengeluarkan asama karbonat
melalui pernafasan yang menghasilka kompensasi alkalosis respiratoris
terhadap keadaan ketoasis dosis .
|
|
3.
Frekuesi dan kualitas pernafasan,
penggunaan otot bantu nafas dan adanya periode abnea dan munculnya sianosis.
|
3.
Koreksi hiperglikemia dan asidosis
akan menyebabkan pola dan frekuensi pernafasan; dangkal, pernafasan cepat;
dan munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi dar kelelahan prnafasan.
|
|
4.
Suhu, warna kulit atau kelembabannya
|
4.
Meskipu demam, menggigil dan
diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit
yang kemerahan, kering yang mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi
|
|
5.
Kaji nadi perifer, pengsian
|
5.
Merupakan indikator dari
|
|
6.
kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
|
6.
tingkat dehidrasi
|
|
7.
Pantau masukan dan pengeuaran, catat
berat jenis urine
|
7.
Memberikan perkiraan kebutuhan akan
cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
|
|
8.
Ukur berat badan setiap hari
|
8.
Memberikan hasil pengkajian yang
terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti
|
|
9.
Pertahankan untuk memberikan cairan
paling sedikit 2500 ml per hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan
|
9.
Memperthankan hidrasi atau volume
sirkulasi
|
|
10. Tingkatkan
lingkngan yang dapat menimbulkan rasa nyaman.
|
10.
Menghindari pemanasan yang berlebihan
terhadap pasien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan
|
|
11. Kaji
adanya perubahan mental
|
11.
Perubahan mental dapat berhubungan
dengan glukosa yang tinggi atau yang rendah
|
|
12. Catat
hal hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah
|
12.
Kekurangan cairan dan elektrolit
mengubah motilitas lambung yang sering kali akan menimbulkan muntah dan
secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit
|
Diagnosa
2 :Keletihan
yang berhubungan dengan kondisi
fisiologis (malnutrisi) .
Tujuan
|
Intrevensi
|
Rasional
|
Setelah
silakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat keletihan
berkurang
Kriteria
Hasil:
1. Tidak
terdapat kelelahan
2. Tidak
terdapat kelemahan
3. Tidak
terdapat penurunan mood
4. Tidak
terdapat kehilangan nafsu makan
5. Tidak
terdapat penurunan libido
6. Tidak terdapat
kerusakan konsentrasi
7. Tidak
terdapat penurunan motivasi
Tidak
terdapat sakit kepala
|
1. Diskusikan
dengan paisen kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien
dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan
|
1.
Pendidikan dapat memberikan motivasi
untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah
|
2. Berikan
aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cuku/tanpa diganggu
|
2.
Mencegah kelelahan yang berlebihan
|
|
3. Pantaunadi,frekuensi
pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah aktivitas
|
3. Mengindikasikan
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis
|
|
4. Diskusikan
cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya
|
4. Pasien
akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan
energi pada setiap kegiatan
|
|
5. Tingkatkan
partisispasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari – hari sesuai dengan
yang dapat ditoleransi
|
5.
Meningkatkan kepercayaan diri/harga
diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien
|
Diagnosa 3 :Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme.
Tujuan
|
Intrevensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status nutrisi
adekuat
Kriteria
Hasil:
1.
Intake nutrisi baik
2.
Intake makanan baik
3.
Asupan cairan cukup
4.
Energi meningkat
5.
Berat badan normal
6.
Hidrasi adekuat
|
1. Timbang
berat badan setiap hari
|
1. Mengkaji
pemasukan makanan yang adekuat
|
2.
Tentukan program diet dan pola makan
pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
|
2.
Mengidentifikasi kekurangan dan
penyimpanan dari kebutuhan terapeutik
|
|
3. Auskultasi
bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntahan makanan
yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi
|
3.
Hiperglikemia dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas
|
|
4.
Berikan makanan cair yang mengandung
zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral
|
4.
Pemberian makanan melalui oral lebih
baik jika pasien sadar dan fungsi gastroinstetinal baik
|
|
5.
Identifikasi makanan yang disukai
termasuk kebutuhan etnik
|
5.
Jika makanan yang disukai pasien dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah
pulang
|
|
6. Libatkan
keluarga pasien pada
|
6.
Meningkatkan rasa
|
|
7. perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi
|
7. keterlibatannya;memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien
|
Diagnosa 4 : Resiko
tinggi infeksi yang berhubungan glukosa darah yang tinggi
Tujuan
|
Intrevensi
|
Rasional
|
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan, resiko
terjadinya proses infeksi terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1. Berusaha mencari informasi terbaru tentang cara mengontrol infeksi
2. Mengidentifikasi faktor resiko terjadinya infeksi
3. Tingkat pengetahuan tentang faktor resiko terjadinya infeksi
4. Tingkat pengethuan tentang perilaku yang berhubungn dengan resiko
terjadinya infeksi
|
1. Observasi
tanda – tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan adanya pus
pada luka, sputum purulen, urine warna keruh dan berkabut
|
1.
Pasien masuk dengan infeksi yang
biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokimial
|
2. Tingkatkan
upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri
|
2. Mencegah
timbulnya infeksi silang
|
|
3. Pertahankan
teknikaseptik pada prosedur invasif, pemberian obat intravena dan memberikan
perawatan pemeliharaan. Lakukan pengobatan melalui IV sesuai indikasi
|
3. Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman
|
|
4. Pasang
kateter atau lakukan keperawatan perineal dengan baik. Ajarkan pasien wanita
untuk memebersihkan daerah perinealnya dari depan kearah belakang setelah
eliminasi
|
4.Mengurangi resiko terjadinya infeksi
saluran kemih. Pasien koma mungkin memiliki resiko yang khusus jika terjadi
retensi urin pada saat awal dirawat
|
|
Kolaborasi
1. Lakukan
pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi.
|
1. Untuk
mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih atau memberikan terapi
antibiotik yang terbaik
|
|
2. Berikan obat antibiotik yang sesuai
|
2.
Penangannan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis
|
Diagnosa 5:
Defisit pengetahuan tentang penyakit DM, obat serta efek dan efek
samping, ketrampilan perawatan diri, diet, aktivitas yang berhubungan dengan
tidak ada informasi baru tentang DM, serta pengobatannya
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan meningkatkan pengetahuan
kepada klien
|
1. Ciptakan
lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada
untuk pasien
|
1. Menanggapi
dan memperhatikanperlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar
|
Kriteria Hasil:
1. Mengungkapkan
pemhaman tentang penyakit
2. Mengidentifikasi
hubungan tanda dan gejala dgn proses penyakit yang dihubungkan gejala ddengan
faktor penyebab
3. Dengan
benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan halusinasi
4. Melakukan
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
|
2. Bekerja
dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
|
Partisipasi dalam perencanaanmeningkatkan antusias
dan kerja sama pasien dengan prinsip – prinsip yang dipelajari
|
3. Pilih
berbagai strategi belajar seperti teknik demonstrasi yang memerlukan
ketrampilan dan biarkan pasien mendemonstrasikan ulang, gabungkan ketrampilan
baru ini ke dalam rutinitas rumah sakit sehari – hari
|
Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi
meningkatkan penerapan pada individu yang belajar
|
|
4. Diskusikan
topik-topik utama, seperti; Apakh kadar glukosa norma dan bagaimana hal
tersebut dibandingan dengan kadar gula darah pasien, tipe Dm yang dialami
pasien, hubungan dengan kekurangan insulin dengan kadar gula darah yang
tinggi
|
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
|
|
5. Rasional
terjadinya serangan ketoasidosis
|
Pengetahuan tentang faktor pencetus dapat membantu
untuk menghindari kambunya serangan tersebut
|
|
|
6. Komplikasi
penyakit akut dan kronis meliputi gangguan penglihatan, perubahan dalam
neorosansori dan kardiovaskuler, perubahan fungsi ginjal/hipertensi
|
Kesadaran tentang apa yang terjadi memebantu
pasien untuk lebih konsisten terhadap perawatannya dan mencegah atau
mengurangi awitan komplikasi tersebut
|
|
7. Demonstrasikan
cara pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick dan beri
kesempatan pasien untuk mendemonstrasikan kembali. Ilustrasikan pasien untuk
pemeriksaan keton urinenya jika glukosa darah lebih tinggi dari 250 mg/dl
|
Melakukan pemeriksaan gula darah oleh diri sendiri
4 kali atau lebih dalam setiap harinya memungkinkan fleksibilitas dalam
perawatan diri, meningkatkan kontrol pada kadar gula darah dengan lebih dekat
dan dapat mencegah atau mengurangi perkembangan komplikasi jangka panjang
|
|
8. Diskusikan
tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk
melakukan makanan diluar rumah
|
Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan
membantu pasien dalam merencanakan makan atau mentaati program.Serat dapat
memperlambat absorsi glukosa yang akan menurunkan fluktuasi kadar gula dalam
darah, tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran cerna, flatus
meningkat, dan mempengaruhiabsorsi vitamin atau mineral.
|
|
9. Tinjau
ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan lamanya dosis insulin
yang direpkan, bila disesuaikan dengan pasien/keluarga
|
Pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat
meningkatkan penggunaan yang tepat. Algoritme dosis yang ibuat yang masuk
dalam perhitungan dosis obat yang dibuat selama eveluasi rawat inap : jumlah
dan jadwal aktivitas fisik biasanya, perencanaan makan. Dengan melibatkan
orang terdekat atau sumber untuk pasien
|
Diagnosa 6 :Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan internal kerusakan metabolic
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan terdapat perubahan
dalam tatus metabolik
Kriteria Hasil
1.
Mengidentifikasi faktor
resiko individual
2.
Mengungkapkan pemahaman
tentang kebutuhan tindakan
3.
Berpartisipasi pada
tingkat kemampuan untuk mencegah kerusakan kulit
|
1. Periksa kulit dan membran mukosa adanya kemerahan, panas, edema, atau
adanya drainase
|
1. Kulit biasanya cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer,
ketidakmampuan untuk merasakan tekanan, imobilisasi, gangguan pengaturan suhu
|
2. Amati ekstermitas yang mencakup warna, kehangatan, pembengkakan, tekstur, edema, dan ulserasi
|
2. Daerah ini cenderung terkena radang dan infeksi merupakan rute bagi
mikroorganisme patologis untuk masuk ke rongga cranial
|
|
3. Lakukan masase dan lubrikasi pada kulit dengan losion. Lindungi sendi
dengan menggunakan bantalan busa, wool, matras pada daerah tumit
|
3. Meningkatkan sirkulasi dan melindungi pemukaan kulit, mengurangi
terjadinya ulserasi.
|
|
4. Lakukan perubahan posisi sesring mungin ditempat tidur ataupun sewaktu
dudk
|
4. Meningkatkan sirkulasi pada kulit dan menurangi tekanan pada daerah
tulang yang menonjol
|
|
5. Bersihkan dan keringkan kulit khususnya derah – daerah dengan
kelembapan tinggi seperti perineum
|
5. Kulit yang bersih dan kering tidak akan cenderung mengalami ekskoriasi
|
|
6. Jagalah alat tenun tetap kering dan bebas dari lipatan – lipatan dan
kotoran
|
6. Mengurangi/mencegah adanya iritasi pada kulit
|
|
7. Anjurkan pasien untuk terus melakukan program latihan
|
7. Menstimulasi sirkulasi, meningkatkan nutrsisi sel atau oksigenasi sel
dan untuk meningkatkan kesehatan jaringan
|
|
|
8. Tinggikan ekstremitas bawah secar periodik
|
8. Untuk meningkatkan arus balik vena, mengurangi pembentukan edema
|
|
9. Hindari/batasi injeksi dibawah lokasi trauma
|
9. Mengurangi sirkulasi dan sensasi yang meningkatkan resiko terjadinya
absorpsi, reaksi lokal, dan nekrosis jaringan
|
|
10.
Berikan terapi kinetik
atau matras
|
10. Meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer serta menurunkan tekanan
pada kulit, mengurangi kerusakan kulit
|
Diagnosa 7 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
: perubahan membran alveolan/kapiler, ventilasi perfusi
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status respirasi
:pertukaran gas adekuat
|
1. Awasi frekuensi pernafasan dan upayanya. Perhatikan striodor,
penggunaan otot bantu,retraksi
|
1. Takipnea,dispnea dan perubahan dalam mental dan tanda dini
insufisiensi pernafasan dan mungkin hanya indikator terjadinya emboli paru
ada tahp awal
|
Kriteria Hasil:
1. Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi
2. Tekanan oksigen parsial dalam batas normal
3. Ph arteri dalam batas normal
4. Saturasi oksigen dalam batas normal
5. Hasil x-ray dalam batas normal
|
2. Auskultasi bunyi nafas perhatikan terjadinya ketidaksamaan, bunyi
hiperesonan, juga adanya gemericik ronki dan inspirasi mengorok sesakn nafas
|
2. Perubahan dalam / adanya bunyi adventisius menunjukkan terjadinya
komplikasi pernafasan
|
3. Atasi jaringan cedera dengan lebut, Khususnya selama beberapa hari
pertama
|
3. Ini dapat mencegah terjadinya emboli lemak yang erat berhubungan
dnegan fraktur
|
|
4. Instruksikan dan bantu dalam latihan nafas dalam dan batuk
|
4. Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi
|
|
5. Perhatikan peningkatan kegelisahan, kacau, letargi, stupor
|
5. Gangguan pertukaran gas menyebabkan penyimpangan padad tingkat
kesadran pasien seperti terjadinya hipoksemia
|
|
|
6. Observasi sputum untuk tanda adanya darah
|
6. Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru
|
|
7. Inpekis kulit untuk petekie diatas garis puting
|
7. Ini adalah karakteristik paling nyata dari tanda emboli lemak
|
|
8. Bantu dalam spirometri insentif
|
8. Memaksimalkan ventilasi dan meminimalkan atelektasis
|
|
9. Berikan obat sesuai indikasi: Heparin dosis rendah
|
9. Blok siklus pembekuan dan mencegah bertambahnya pembekuan pada adanya
tromboflebitis
|
Diagnosa 8: Ansietas/ kecemasan berhubungan dengan: perubahan,
infeksi, krisis maturasi, krisis situasional, stress, ancaman, kebutuhan yang
tidak dipenuhi
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan tingkat kecemasan
berkurang
|
1. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba
– tiba dan pengetahuan kondisi saat ini
|
1. Faktor ini memempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri,
potensial siklus ansietas dan dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk
mengontrol TIO
|
Kriteria Hasil:
6. Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat
diatasi
7. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
8. Menggunakan sumber secara efektif
|
2. Berikan informasi yang akuran dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan pengelihatan tambahn
|
2. Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan
datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang
pengobatan
|
|
3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
|
3. Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah
|
|
4. Identifikasi sumber
|
4. Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi
masalah
|
Diagnosa 9 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang
|
1. Sokong kepal dan leher dengan bantal
|
1. Kelemahan otot daiakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur
leher atau bahu
|
Kriteria Hasil:
·
Melaporkan nyeri hilang
·
Menunjukkan nyeri hilang
dengan menurunnya tegangan dan rileks, tidur dengan tepat
|
2. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan
|
2. Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada
sesuatu disamping diri sendiri
|
·
Menggunakan metode
pencegahan untuk mengurangi nyeri
·
Menggunakan metode
nonanalgetik untuk menurangi nyeri
|
3. Selidiki perubahan karakteristik nyeri. Periksa mulut, jahitan
tenggorok untuk trauma baru
|
3. Dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
lanjut/intervensi
|
|
4. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri
|
4. Alat menentukan adanya nyeri, kebutuhan terhadap obat
|
|
5. Obati sebelum aktivitas sesuai indikasi
|
5. Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program pengobatan
|
|
6. Jadwalkan aktivitas perawatan untuk keseimbangan dengan periode tidur
|
6. Mencegah kelelahan dan dapat meningkatkan koping terhadap stress
|
|
7. Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stress
|
7. Meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan anlgesik
|
|
8. Berikan irigasi oral, anastesi sprei, dan kumur – kumur
|
8. Memperbaiki kenyamanan, miningkatkan penyembuhan, dan menurunkan bau
mulut
|
Diangnosa 10 : hipertermi
berhubungan dengan kerkurangan volume cairan
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan panas dapat turun
|
1. Pantau suhu pasien; perhatikan menggigil
|
1. Suhu 38,9˚ - 41,1˚ C menunjukkan proses penyakit infeksius akut
|
Kriteria Hasil:
·
Mendemonstrasikan dalam
suhu normal
·
Tidak mengalami komplikasi
yang berhubungan
|
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikais
|
2. Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
|
|
3. Berikan kompres mandi hangat
|
3. Dapat membantu mengurangi demam
|
|
4. Berikan entipiretik
|
4. Digunakan untuk menurangi demam dengan aksi sentralnya
|
DAFTAR PUSTAKA
Baradero. (2009). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Endokrin. Jakarta: EGC.
Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rumahorbo. (2014). Mencegah Diabetes Militus Dengan
Perubahan Gaya Hidup. Bogor: In Media.
Susilo. (2011). Cara Mengatasi Kencing Manis.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Tandra. (2013). Life Helathy With Diabetes.
Yogyakarta: Rapha Publishing.