Pengertian
Beban, Biaya, Kerugian?
Pengertian
dari beban, biaya, dan kerugian dalam sebuah perusahaan ( pelajaran Akuntansi )
Beban
(expense) adalah
pengorbanan yang dilakukan perusahaan dalam bentuk moneter untuk mendapatkan
barang atau jasa, dan sudah habis nilai gunanya.
Biaya
(cost) adalah
pengorbanan yang dilakkukan perusahaan dalam bentuk moneter untuk mendapatkan
barang atau jasa dimana diharapkan akan memberikan nilai guna dimasa depan atau
belum habis nilai gunanya.
Jadi bila
dihubungkan maka:
Beban merupakan Biaya yang sudah habis nilai gunanya
(fungsinya)
atau Biaya
adalah beban yang ditangguhkan atau beban yang belum habis nilai gunanya
(fungsinya)
Kerugian adalah perbedaan yang terjadi antara
Pendapatan dan Beban yang terjadi. Dimana beban yang terjadi melebihi
pendapatan yang diterima. Sehingga beban sangat terkait dengan pendapatan.
Laporan
laba rugi merupakan
laporan untuk mengukur keberhasilan operasional perusahaan selama jangka waktu
tertentu. Biasanya pengusaha menggunakan laporan ini untuk menentukan
profitabilitas dan nilai investasi. Laporan ini menyajikan informasi untuk
membantu pengusaha dalam memprediksi jumlah arus kas di masa mendatang.
Laporan
laba rugi yang dibuat oleh bagian akuntansi tentu memiliki tujuan, karena
laporan ini akan diberikan kepada pihak terkait yang membutuhkan laporan
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa tujuannya laporan laba rugi perusahaan:
1.
Menginformasikan jumlah total pajak yang harus dibayarkan
oleh perusahaan.
2.
Memberikan informasi dari perolehan laba atau rugi semua
periode.
3.
Menjadi referensi evaluasi bagi manajemen perusahaan untuk
menetapkan langkah-langkah apa saja yang harus diambil di periode yang akan
datang.
4.
Memberikan informasi apakah langkah yang ditempuh menjadi
efisien atau tidak dari besaran beban atau biaya perusahaan.
Elemen-Elemen
Dalam Laporan Laba Rugi:
1.
Pendapatan (revenues), merupakan arus masuk atau peningkatan
aktiva lainnya dari sebuah perusahaan atau penyelesaian liabilitas selama
periode tertentu karena pengiriman atau produksi barang dan menyelesaikan jasa.
2.
Beban (expenses), merupakan arus keluar atau penggunaan
aktiva atau timbulnya liabilitas selama periode tertentu karena pengiriman atau
produksi barang dan menyelesaikan jasa.
3.
Keuntungan (profit), merupakan peningkatan ekuitas karena
adanya transaksi perusahaan yang periferal atau secara kebetulan dihasilkan
dari pendapatan atau investasi dari pemilik perusahaan.
4.
Kerugian (loss), merupakan penurunan ekuitas karena adanya
transaksi perusahaan yang periferal atau secara kebetulan dihasilkan dari beban
atau pendistribusian ke pemilik perusahaan.
Pembagian
Laba Pada Laporan Laba Rugi:
Laba
Kotor
Laba
kotor merupakan suatu pengukuran pendapatan langsung perusahaan atas penjualan
produknya selama satu periode akuntansi. Laba kotor sama dengan pendapatan dari
penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Laba kotor mengindikasikan
secara langsung seberapa jauh perusahaan mampu menutupi biaya produknya.
Laba
Operasi
Laba
operasi merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya dan beban
operasi. Laba operasi dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan bisnis utamanya.
Laba
Sebelum Pajak
Laba
sebelum pajak adalah jumlah laba sebelum pajak penghasilan yang ditentukan
menurut Standar Akuntansi Keuangan. Laba ini tidak berpengaruh pada jumlah
pajak penghasilan yang sebenarnya bagi pemakai laporan keuangan dalam hal
pengambilan keputusan.
Laba
Bersih
Laba
bersih mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba bersih adalah kelebihan
penjualan bersih terhadap harga pokok penjualan dipotong beban operasi dan
pajak penghasilan. Faktor-faktor yang memengaruhi laba bersih perusahaan adalah
pendapatan, beban pokok penjualan, beban operasi, dan tarif pajak penghasilan.
Laba dari
Operasi Berjalan
Merupakan
laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. Laba
ini juga disebut laba sebelum pos luar biasa dan operasi dalam penghentian.
Bentuk
Laporan Laba Rugi
Ada dua
bentuk laporan laba rugi yang umumnya dipergunakan dalam aktivitas pelaporan
keuangan perusahaan, yaitu single step dan multiple step.
a. Single
Step
Dalam
bentuk single step, semua pendapatan dan keuntungan yang termasuk unsur operasi
ditempatkan pada bagian awal laporan laba rugi, diikuti dengan seluruh beban
dan kerugian yang termasuk kategori
operasi. Selisih antara total pendapatan dan keuntungan dan total beban dan
kerugian menghasilkan laba operasi.
b.
Multiple Step
Laporan
ini memisahkan transaksi operasi dari transaksi non-operasi, juga membandingkan
biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan. Pengungkapan laba
operasional akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas biasa dengan
aktivitas yang tidak biasa atau insidentil. Berikut ini adalah contoh laporan
laba rugi multiple step.
9.2
Related Concepts With Costs Losses
KONSEP
BIAYA (EXPENSES)
Konsep
dasar yang melandasi pembebanan cost adalah konsep upaya dan hasil (efforts and
accomplishment). Atas dasar konsep tersebut cost dapat dipisah menjadi dua,
yaitu cost yang masih menjadi potensi jasa (melekat pada aktiva), dan cost yang
potensi jasanya dianggap sudah habis dalam rangka menghasilkan pendapatan.
Manfaat cost adalah :
apakah
manfaat cost habis dalam rangka penyerahan produk/jasa atau sering disebut
biaya (expensen).
apakah
manfaat cost habis karena sebab lain, yang digolongkan sbagai rugi (losses).
1. KARAKTERISTIK
BIAYA
Pemahaman
terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karakteristik
dari transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan lain yang
sifatnya hamper sama dengan biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai
komponen biaya. Karakteristik biaya dapat dipahami dengan mengenali batasan
atau pengertian yang berkaitan dengan biaya. Dengan pemahaman seperti ini,
transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat dengan mudah diidentifikasi
sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.
A.
Pengertian Biaya
Secara
umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka
menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya
sebagai berikut :
Biaya
adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang
(atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau
produksi barang atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang
merupakan kegiatan utama suatu entitas.
Sedang
IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut :
Beban
(expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
Dari
pengertian di atas dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran
keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus melalui hutang lebih dahulu.
Sementara
Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan
hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholder’s equity) sebagai
akibat pemakian barang dan jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan
pendapatan pada periode berjalan.
Dari
definsi-definisi di atas, definisi yang dikemukakan IAI sejalan dengan definisi
yang diajukan oleh Kam. Keduanya mendefinisikan biaya dari sudut pandang
peristiwa moneter (penurunan aktiva, kenaikan hutang/kenaikan ekuitas).
Sebaliknya definisi yang dikemukakan FASB cenderung agak berbeda dengan
definisi yang dikemukakan Kam. Perbedaan sudut pandang tersebut dapat
dianalisis sebagai berikut :
Definisi
yang diajukan FASB tidak menunjukkan perbedaan yang jelas antara peristiwa
moneter dan peristiwa fisik. Perlu diketahui bahwa laba, pendapatan, dan biaya
saling berkaitan erat dengan nilai dari suatu obyek ekonomi tertentu (jumlah
rupiah memiliki sifat moneter, karena dihasilkan dari peristiwa yang
menyebabkan perubahan nilai obyek ekonomi tersebut. Biaya menunjukkan peristiwa
moneter yang berasal dari pemakaian barang dan jasa (peristiwa fisik) dalam
kegiatan operasional perusahaan.
Pemakaian
aktiva harus menunjukkan adanya suatu cost yang dinyatakan keluar (dikonsumsi)
sebagai biaya.
Apabila
dilihat dari pandangan tradisional, definisi yang dikemukakan FASB menunjukkan
bahwa biaya hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva untuk tujuan menghasilkan
pendapatan pada periode berjalan.
B. Biaya
dan Rugi (Losses)
Agar
pemakai laporan keuangan mendapat tambahan informasi yang lebih lengkap, rugi
dapat disertakan dalam laporan rugi laba sebagai penentu besarnya laba
komprehensif. Rugi sebaiknya disajikan terpisah dari biaya.
Dari
definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan, IAI tidak memisahkan biaya dengan rugi ataupun tidak langsung untuk
memperoleh pendapatan disebut dengan biaya.
2.
PENGUKURAN DAN PENGAKUAN BIAYA
Pengukuran
dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan laporan
keuangan. Oleh karena itu pemahaman secara konseptual tentang pengukuran dan
pengakuan pendapatan tidak dapat diabaikan.
A.
Pengukuran Biaya
Sejalan
dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang
digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya
dapat didasarkan pada :
·
Cost Historis
·
Cost pengganti/cost masukan terkini (Replacement Cost/Current
Input Cost)
·
kas (Cash Equivalent)
Meskipun
ada berbagai dasar penilaian, dalam praktek yang paling banyak digunakan untuk
mengukur biaya adalah cost histories.
B.
Pengakuan Biaya
Pada
dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu :
·
sebagai aktiva (potensi jasa)
·
sebagai beban pendapatan (biaya)
Proses
pembebanan cost padas dasarnya merupakan proses pemisahan cost. Oleh karena
itu, agar informasi yang dihasilkan akurat, bagain cost yang telah diakui
sebagai biaya pada periode berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan
sebagai aktiva (diakui sebagai biaya peda periode berjalan dan bagian cost yang
akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya periode mendatang) harus
dapat ditentukan dengan jelas.
Ada dua
masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan cost tersebut, yaitu :
·
kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang
harus dibebankan pada pendapatan periode berjalan.
·
kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu
ditangguhkan pembebanannya.
Semua
cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya apabila cost tersebut
memenuhi criteria sebagai berikut :
·
memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang,
dikendalikan perusahaan, berasal dari transaksi masa lalu).
·
Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa
mendatang yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
·
Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.
Dari uraian
diatas, secara umum dapat dirumuskan bahwa berdasarkan konsep penandingan
(matching), pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda, maka
pembebanan biaya juga ditunda. Untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapatan
tentang pengakuan biaya, biasanya badan berwenang mengeluarkan aturan tertentu
untuk mengakui biaya.
3. KONSEP
PENANDINGAN (MATCHING)
Konsep
penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar hubungan yang
tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang
dituju perusahaan, sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut merupakan upaya yang dilakukan perusahaan.
Penandingan
antara biaya dan pendapatan memerlukan dasar yang tepat. Upaya mencari dasar
penandingan yang tepat merupakan masalah yang sering dihadapi oleh akuntan.
Paton dan
Littleton mengungkapkan :
masalah
utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya adalah mencari dasar penandingan
yang paling tepat antara pendapatan dengan biaya yang berhubungan dengan
pendapatan tersebut ………Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat
digunakan sebagai media untuk melacak dan membebankannya. Meskipun demikian
harus diakui bahwa dengan melihat kondisi yang ada, dasar penandingan yang
paling penting adalah kelayakan (reasonable) bukannya pengukuran fisik.
Dalam
praktek ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari hubungan
antara biaya pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar penandingan tersebut
adalah : hubungan sebab akibat (association of causes and effects), alokasi
sistematik dan rasional (systematic and rational allocation) dn pembebanan
segera (immediate recognition).
A.
Hubungan Sebab Akibat
Dasar
yang paling ideal untuk membandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan
sebab akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar
pengamatan yang dilakukan para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu
yang digunakan dalam proses produksi pada akhirnya akan membantu dalam proses
menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
Komite
American Accounting Association juga menyarankan penggunaan hubungan sebab
akibat sebagai dasar penandingan. Mereka mengatakan :
Cost
harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu
atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat hubungannya antara cost tersebut
dengan pendapatan yang diakui.
Dari
pernyataan di atas dapat dirumuskan bahwa penandingan yang benar-benar tepat
dapat dilakukan apabila terdapat hubungan yang rasional antara pendapatan dan
biaya. Oleh karena itu pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan
dilaporkan dalam periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan.
Ada
beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar
produk yang digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut
adalah :
·
pemakaian barang dan jasa yang bagaimana yang dapat
diidentifikasi dengan produk ?
·
apabila biaya tidak menambah nilai produk tertentu, kapan
biaya tersebut dapat dihubungkan secara langsung dengan pendapatan di masa yang
akan datang ? Bagaimana biaya tersebut dapat dilaporkan dengan tepat sesuai
dengan pendapatan yang diperoleh ?
·
kapan biaya yang terjadi setelah penjualan dapat dicatat dan
dilaporkan ?
Berikut
ini akan dibahas ketiga masalah tersebut dan alternatif pemecahannya :
1.
Identifikasi Cost Produk
Sesuai
dengan konsep penandingan, semua cost produksi harus dibebankan pada produk
yang bersangkutan. Cost produk dapat dibagi menjadi dua :
·
cost produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan
dibebankan sebagai biaya.
·
cost yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan
sebagai persediaan) dan dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.
Beberapa
cost produk dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu, sementara cost
yang lain hanya dapat dihubungkan dengan kegiatan produksi dan dialokasikan
pada produk berdasarkan aturan atau prosedur tertentu. Disinilah pentingnya
melakukan identifikasi untuk menentukan cost produksi langsung (direct product
cost) dan cost produk tidak langsung (indirect product cost).
Yang
menjadi masalah sekarang diantara cost produk tersebut yang manakah yang dapat
ditandingkan dengan pendapatan ? Akuntan banyak yang tidak sependapat untuk
membebankan semua cost produksi individual pada produk tertentu. Perbedaan ini
muncul karena adanya dua konsep yang berbeda dalam menentukan elemen cost
produk, yaitu konsep full costing dan konsep direct costing.
Masalah
lain yang muncul adalah cost kapasitas menganggur dan cost produk rusak yang
bersifat abnormal. Jenis cost tersebut umumnya dianggap sebagai rugi (losses)
atau langsung dibebankan sebagai biaya.
2. Biaya
Yang Langsung Berhubungan dengan Pendapatan Masa Mendatang, Tetapi Tidak Masuk
dalam Cost Produksi.
Pada
beberapa kasus, cost dapat dihubungkan dengan pendapatan masa mendatang tidak
dapat dibebankan secara langsung dengan produk tertentu. Hal ini disebabkan
cost tersebut tidak menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan.
Biaya
penjualan dan administrasi tidak harus ditandingkan dengan pendapatan di masa
mendatang jika tidak ada jaminan yang rasional untuk menghubungkan biaya
tersebut dengan pendapatan di masa mendatang.
Tidak
diperolehnya pendapatan atau tidak adanya kemungkinan rugi pada periode
berjalan, bukan merupakan alasan untuk menunda pembebanan biaya. Alasannya
adalah apabila suatu cost barang dan jasa tidak memberikan manfaat pada periode
sekarang dan juga bukan merupakan rugi, maka cost tersebut harus dialokasikan
pada periode mendatang agar dapat dilakukan penandingan antara biaya dan
pendapatan.
3. Biaya
Yang Berhubungan Dengan Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan Diakui.
Umumnya
biaya yang berhubungan dengan pendapatan akan terjadi setelah biaya yang akan
timbul setelah penjualan. Apabila cost kegiatan tertentu dapat ditaksir secara
layak dan cukup pasti, maka cost tersebut dapat diakui sebagai biaya pada
periode pengakuan pendapatan.
Meskipun
dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai
dasar penandingan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi
sistematis dan rasional.
Banyak
cost periodic yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode
berjalan.
Pada
bebrapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan
pendapatan. Apabila cost dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan,
maka cost tersebut harus diakui sebagai biaya pada periode terjadinya.
Apabila
manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang
dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang, maka
tidak ada alas an untuk menunda pembebanan cot sebgai biaya pada periode
terjadinya.
Apabila
biaya bersifat rutin (regular) dan terjadi berulang-ulang maka pembebanan
langsung secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun
penandingan yang tepat tidak dapat dicapai.
IPS
,
MAKALAH
,
PKN