KATA
PENGANTAR
segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, namun
penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena
mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjungan kita semua habibana wanabiana
Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan
mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
dalam makalah ini penulis membahas mengenai
“unsur-unsur kebudayaan tentang system bahasa”, dengan makalah
ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih atas segala perhatiannya.
Majalengka,
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar
...........................................................................
i
Daftar
isi
.....................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
....................................................................
1
B.
Tujuan
..................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN
-
Pengertian Bahasa…..................................................................1-2
B.
Pengertian Bahsa Menurut Beberapa
Ahli.…..........................2-3
C.
Pengaruh Budaya Terhadap Perubahan Bahasa………………….4
D.
Fungsi Dan Tujuan Sistem Bahasa…………………………………5
-
Hubungan Antara Bahasa Dan Budaya…………………………..5-8
F.
Hubungan Bahasa Dengan Kebudayaan………………………….9-10
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan …………………………….......................................11
B.Saran.........................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………..................12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Secara umum, pengertian budaya adalah
mengatur agar manusia bisa mengerti bagaimana seharusnya untuk
bertindak, berbuat, menentukan sikap ketika berinteraksi dengan orang
lain.Istilah budaya dari kata culture yang merupakan istilah bahasa
asing yang memiliki arti kebudayaan. Kata tersebut berasal dari
bahasa latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan,
yaitu mengolah tanah atau petani.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, budaya merupakan sebuah pemikiran, adat istiadat atau akal
budi. Secara tata bahasa, arti atau makna dari kebudayaan diturunkan
dari kata budaya dimana cenderung kearah cara berpikir manusia. Dalam
sebuah budaya ada beberapa unsur dari budaya tersebut salah satunya
adalah system bahasa system tersebut merupakan system terpenting bagi
suatu bangsa.
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk
memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan
dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa
disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan
pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik,
dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada
bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang unsur
kebudayaan “ sistem bahasa “
2. Untuk menambah wawasan tentang sistem
bahasa dalam unsur kebudayaan
BAB
2
PEMBAHASAN
-
PENGERTIAN BAHASA
Bahasa merupakan sarana yang digunakan
manusia untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi berikutnya. Tanpa
bahasa, kebudayaan akan sulit diterjemahkan dan diterima oleh
generasi penerus karenanya bahasa bersifat simbolis. Hal tersebut
mengandung arti bahwa melalui bahasa, suatu perkataan dapat
melambangkan arti apapun, meskipun hal atau benda yang dilambangkan
oleh kata tersebut tidak ada. Kebudayaan sendiri merupakan proses
hasil belajar, di mana bahasa berperan vital di dalamnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa memiliki peran sebagai cara
atau alat bagi orangtua dalam mewariskan kebudayaan dan bagi anak
sebagai cara atau alat untuk mempelajari kebudayaan tersebut.
Bahasa sebagai sarana dan prasarana
pendukung budaya berkembang sejalan dengan perkembangan budaya bangsa
pemiliknya. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa perkembangan
bahasa sejalan pula dengan perkembangan ilmu dan teknologi.Bahasa
dapat digolongkan sebagai akar budaya bangsa karena berkaitan dengan
pola pikir bangsa. Produk budaya tidak akan terwujud tanpa adanya
bahasa yang menjadi sarana atau prasarana pendukungnya.Bahasa
merupakan simbol yang digunakan manusia dalam bermasyarakat dan
berinteraksi. Kemampuan manusia berbahasa juga membedakan manusia itu
sendiri dengan hewan karena kemampuan tersebut lahir dari hasil
penalaran akal pikiran manusia. Hewan hanya memiliki insting atau
naluri saja. Manusia memiliki akal pikiran yang melahirkan kebudayaan
melalui bahasa.
-
PENGERTIAN BAHASA MENURUT BEBERAPA AHLI
-
KOENTJARANINGRAT,
unsur bahasa atau sistem perlambangan
manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah
deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan
oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa
itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat
diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi
bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan
subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah
penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat
tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam
berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa
sering terjadi.
-
BILL ADAMS
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan
psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif
-
WITTGENSTEIN
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang
dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan
struktur yang logis
-
FERDINAND DE SAUSSURE
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling
menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya
sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain
-
PLATO
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan
pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau
sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide
seseorang dalam arus udara lewat mulut
-
BLOCH & TRAGER
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang
bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja
sama.
-
CARROL
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural
mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang
digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu
oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama
kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam
lingkungan hidup manusia
-
SUDARYONO
Bahasa adalah sarana komunikasi yang
efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa
sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya
kesalahpahaman.
-
SAUSSURE
Bahasa adalah objek dari semiology
-
Mc. CARTHY
Bahasa adalah praktik yang paling tepat
untuk mengembangkan kemampuan berpikir
-
WILLIAM A. HAVILAND
Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika
digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat
ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu
Bila dilihat dari beberapa definisi dan
pengertian mengenai bahasa menurut beberapa ahli diatas, kita bisa
melihat bahwa terdapat perbedaan definisi tentang bahasa dimana
definisi dari setiap ahli tergantung dengan apa yang ingin ditekankan
oleh setiap tersebut. Namun meskipun terdapat perbedaan, nampaknya
disepakati bersama bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Dan sebagai
alat komunikasi , bahasa mempunyai fungsi-fungsi dan ragam-ragam
tertentu.
-
PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERUBAHAN BAHASA
Pengaruh budaya terhadap bahasa dewasa ini
banyak kita saksikan. Banyak kata atau istilah baru yang dibentuk
untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Hal
tersebut karena dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus,
atau kurang ilmiah. Misalnya kata pariwisata untuk menggantikan
turisme, kata wisatawan untuk menggantikan turis atau pelancong. Kata
darmawisata untuk mengganti kata piknik; dan kata suku cadang untuk
mengganti kata onderdil. Kata-kata turisme, turis dan onderdil
dianggap tidak nasional. Karena itu perlu diganti yang bersifat
nasional. Kata-kata kuli dan buruh diganti dengan karyawan, babu
diganti dengan pembantu rumah tangga, dan kata pelayan diganti dengan
pramuniaga, karena kata-kata tersebut dianggap berbau feodal.
Begitu juga dengan kata penjara diganti
dengan lembaga pemasyarakatan, kenaikan harga diganti dengan
penyesuaian harga, gelandangan menjadi tuna wisma, pelacur menjadi
tunasusila adalah karena kata-kata tersebut dianggap halus ; kurang
sopan menurut pandangan norma sosial. Proses penggantian nama atau
penyebutan baru masih terus akan berlangsung sesuai dengan
perkembangan pandangan dan norma budaya di dalam masyarakat.
Begitu juga bahasa yang diplesetkan yang
tidak lepas dari perkembangan pengetahuan, pertukaran budaya, dan
kemajuan informasi sekarang ini. Sebagaimana Mansoer Pateda
mengatakan bahwa bahasa yang diplesetkan sangat berhubungan erat
dengan perkembangan pemakai bahasa untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan kemauannya.16 Misalnya kata kepala diplesetkan menjadi
kelapa, tolong diplesetkan menjadi lontong, reformasi diplesetkan
menjadi repot nasi, partisipasi diplesetkan menjadi partisisapi.
Begitu juga dalam kalimat misalnya I am going to school menjadi ayam
goreng to school.
-
FUNGSI DAN TUJUAN SISTEM BAHASA
untuk membatasi cara-cara berpikir dan
pandangan bangsa atau daerah yang bersangkutan terhadap fenomena
tempat mereka hidup. Dengan demikian sususan bahasa dan keistimewaan
lain yang dimiliknya merupakan faktor dasar bagaimana suatu
masyarakat memandang hakikat alam dan tempat mereka berada.
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai
alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan
integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus
adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,
mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk
mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Koentrajaningrat,
2002). Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga
berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama
manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal
seperti bahasa Inggris.
-
HUBUNGAN ANTARA BAHASA DAN BUDAYA
Menurut Koentjaraningrat (1992) bahwa
bahasa bagian dari kebudayaan. Hubungan antara bahasa dan kebudayaan
merupakan hubungan subordinatif, suatu bahasa berada di bawah lingkup
kebudayaan. Di samping itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa
bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni
hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi. Masinambouw
(dalam Crista, 2012: 1) malah menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan
dua sistem yang melekat pada manusia. Kebudayaan itu adalah satu
sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka
kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana.
Masinambouw (dalam Crista, 2012: 1) juga
mempersoalkan bagaimana hubungan antara kebahasaan dan kebudayaan,
apakah bersifat subordinatif, ataukah bersifat koordinatif. Kalau
bersifat subordinatif mana yang menjadi main sistem (sistem atasan)
dan mana pula yang menjadi subsystem (sistem bawahan). Kebanyakan
ahli memang mengatakan bahwa kebudayaanlah yang menjadi main system,
sedangkan bahasa hanya merupakan subsistem.
Mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan
yang bersifat koordinatif ada dua hal yaitu hubungan kebahasaan dan
kebudayaan itu seperti anak kembar siam, dua buah fenomena yang
terikat erat seperti hubungan sisi satu dengan sisi yang lain pada
sekeping uang logam (Silzer dalam Crista, 2012: 1). Jadi, pendapat
ini mengatakan kebahasaan dan kebudayaan merupakan dua fenomena yang
berbeda, tetapi hubungannya sangat erat sehingga tidak dapat
dipisahkan, sejalan dengan konsep Masinambouw. Hal kedua yang menarik
dalam hubungan koordinatif ini adalah adanya hipotesis yang sangat
controversial, yaitu hipotesis dari dua pakar linguistik ternama,
yakni Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Hipotesis ini dikenal
dengan nama hipotesis Sapir dan Whorf.
Meskipun gagasan-gagasan yang dikemukakan
kedua sarjana itu, Sapir dan Whorf, adalah hasil penelitian yang lama
dan mendalam, serta dikemukakan dalam karangan yang bobot ilmiahnya
sangat tinggi, tetapi nyatanya gagasan mereka disebutkan dalam
hipotesisnya sangat kontroversial dengan pendapat sebagaian besar
sarjana. Dalam hipotesis itu, dikemukakan bahwa bahasa bukan hanya
menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikir
manusia. Suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa yang lain,
akan memilki corak budaya dan jalan pikiran yang berbeda pula.
Perbedaan-perbedaan budaya dan jalan
pikiran manusia tersebut bersumber dari perbedaan bahasa. Bahasa itu
memengaruhi kebudayaan dan jalan pikiran manusia, maka ciri-ciri yang
ada dalam suatu bahasa akan tercermin pada sikap dan budaya
penuturnya. Contoh, katanya dalam bahasa Barat ada sistem kala yaitu
penutur bahasa memerhatikan dan terikat waktu, misalnya pada musim
panas pukul 21.00 matahari masih bersinar dengan terang, tetapi
kanak-kanak karena sudah menjadi kebiasaan disuruhnya tidur karena
katanya hari sudah malam. Sebaliknya, bagi orang Indonesia karena
dalam bahasanya tidak ada sistem kala, menjadi tidak memperhatikan
waktu, seperti acara yang sudah terjadwalkan waktunya bisa mundur
satu jam. Itulah sababnya uangkapan jam karet hanya ada di Indonesia.
Menurut Koentjaraningrat (1990) buruknya
kemampuan berbahasa Indonesia sebagian besar orang Indonesia,
termasuk kaum intelektualnya, adalah karena adanya sifat-sifat
negatif yang melekat pada mental pada sebagian besar orang Indonesia.
Sifat-sifat negatif itu adalah suka meremehkan mutu, mental
menerabas, tuna harga diri, menjauhi disiplin, enggan bertanggung
jawab, dan suka latah atau ikut-ikutan.
Menurut Koentjaraningrat, sikap mental
menerabas tercermin dalam perilaku berbahasa berupa adanya keinginan
untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, tetapi tanpa
keinginan untuk belajar. Mereka menganggap bahwa bahasa Indonesia
adalah bahasa kita yang secara alami, yang dapat dikuasai tanpa harus
dipelajari. Memang benar secara politis kita adalah orang Indonesia,
karena lahir dan dibesarkan di Indonesia, dan bahasa Indonesia adalah
milik kita. Akan tetapi, apakah benar itu dapat dikuasai dengan baik
tanpa melalui proses belajar. Lebih-lebih kalau diingat bahwa bagi
sebagian besar orang Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua,
bukan bahasa pertama. Untuk menguasai bahasa pertama saja kita harus
belajar dari lingkungan kita: apabila untuk menguasai bahasa kedua
yang harus dipelajari dari orang lain.
Sikap tuna harga diri, menurut
Koentjaraningrat, berarti tidak mau menghargai milik diri sendiri,
tetapi sangat menghargai diri orang lain, orang asing. Sikap ini
tercermin dalam perilaku berbahasa, karena ingin selalu menghargai
orang asing, maka menjadi selalu menggunakan bahasa asing dan
menomorduakan bahasa sendiri. Lihat saja buktinya, demi menghargai
orang asing, keset-keset di muka pintu kantor pemerintahan pun
bertuliskan kata-kata welcome bukan selamat datang; pintu-pintu di
atas bertuliskan in atau exit, dan bukan masuk atau keluar; dan di
pintu yang daunnya dapat dibuka dua arah bertuliskan petunjuk push
dan pull, dan bukannya dorong dan tarik.
Sikap menjauhi disiplin tercermin dalam
perilaku berbahasa yang tidak mau atau malas mengikuti aturan atau
kaidah bahasa. Ujaran-ujaran seperti Dia punya mau tidak begitu atau
Dia punya dua mobil sudah lazim kita dengar, padahal kedua struktur
kalimat itu tidak sesuai dengan kaidah yang ada. Harusnya berbunyi,
Kemauannya tidak demikian, dan Dia mempunyai dua buah mobil.
Sikap tidak mau bertanggung jawab menurut
Koentjaraningrat (1992) tercermin dalam perilaku berbahasa yang tidak
mau memerhatikan penalaran bahasa yang benar. Kalimat seperti Uang
iuran anggota terpaksa dinaikkan karena sudah lama tidak naik, sering
kita dengar. Kalau mau menalar dan bertanggung jawab, alasan kenaikan
itu bukanlah karena sudah lama tidak naik, mungkin, misalnya, karena
sudah tidak sesuai lagi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan.
Jadi, bertanggung jawab dalam berbahasa, artinya, dapat
mempertanggungjawabkan kebenaran isi kalimat itu.
Sifat latah atau ikut-ikutan tercermin
dalam berbahasa dengan selalu mengikuti saja ucapan orang lain
(biasanya ucapan pejabat atau pemimpin) yang sebenarnya secara
gramatikal tidak benar. Umpamanya karena adanya gerakan yang
bersemboyankan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat maka diikuti ucapan itu. Padahal secara semantik dan
gramatikal ungkapan, memasyarakatkan olahraga memang benar, yakni
berarti menjadikan olah raga itu menjadi kebiasaan dalam masyarakat;
tetapi ungkapan, mengolahragakan masyarakat, tidak benar, sebab
ungkapan itu berarti masyarakat itu jadi olah raga. Kalau yang
dimaksud adalah menjadikan masyarakat itu berolah raga, maka
bentuknya haruslah, memperolahragakan masyarakat.
Hubungan bahasa dengan kebudayaan yang
telah dipaparkan oleh Koentjaraningrat (1990) di atas, ternyata yang
memengaruhi perilaku berbahasa adalah budaya. Budaya di sini dalam
arti luas, termasuk sifat dan sikap yang dimiliki oleh penutur. Untuk
lebih memahami adanya hubungan budaya dan tindak tutur, serta melihat
budaya-budaya yang tidak sama, sehingga melahirkan pola tindak tutur
yang berbeda, camkan ilustrasi berikut.
Dalam masyarakat tutur Indonesia kalau ada
orang memuji, misalnya dengan mengatakan Bajumu bagus sekali!, atau
Wah rumah saudara besar sekali, maka yang dipuji akan menjawab pujian
itu dengan nada menolak merendah, misalnya dengan mengatakan Ah, ini
cuma baju murah kok dan Yah, beginilah namanya juga rumah di
kampung!. Akan tetapi kalau itu terjadi dalam budaya Inggris, tentu
akan dijawab dengan kata Terima kasih!. Contoh lain, dalam budaya
Indonesia hanya laki-laki yang dapat mengawini atau menikahi wanita,
sedangkan wanita tidak dapat mengawini atau menikahi laki-laki, sebab
kalimat dalam budaya Inggris, baik laki-laki maupun wanita dapat
menikahi lawan jenisnya. Dalam budaya Indonesia, informasi-informasi
(dalam bentuk tindak tutur) lebih sering disampaikan secara tidak
langsung dengan menggunakan bahasa kias atau bahasa isyarat, tetapi
dalam budaya Inggris lebih umum disampaikan secara langsung dengan
alat komunikasi verbal.
-
Hubungan Bahasa dengan kebudayaan
Hubungan antara kebudayaan lokal, tercermin
dalam bentuk persebaran bahasa daerah, sebagai unsur kebudayaan
lokal. Merupakan dampak interaksi sosial antara kelompok masyarakat
yang berbeda kebudayaan. Misal: penduduk suku Jawa yang tinggal
berbatasan dengan wilayah suku Sunda (Jawa Barat) antara lain Cilacap
dan Brebes, memiliki ragam bahasa yang merupakan perpaduan antara
bahasa Jawa dan Sunda.
Sistem
Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk
memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan
dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa
disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan
pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik,
dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada
bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau
sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk
berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari
bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta
variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku
bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam
klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga
dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah
penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat
tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam
berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa
sering terjadi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa merupakan sarana yang digunakan
manusia untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi berikutnya. Tanpa
bahasa, kebudayaan akan sulit diterjemahkan dan diterima oleh
generasi penerus karenanya bahasa bersifat simbolis. Hal tersebut
mengandung arti bahwa melalui bahasa, suatu perkataan dapat
melambangkan arti apapun, meskipun hal atau benda yang dilambangkan
oleh kata tersebut tidak ada. Kebudayaan sendiri merupakan proses
hasil belajar, di mana bahasa berperan vital di dalamnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa memiliki peran sebagai cara
atau alat bagi orangtua dalam mewariskan kebudayaan dan bagi anak
sebagai cara atau alat untuk mempelajari kebudayaan tersebut.
B.
Saran
Diharapkan
pembaca dapat mengetahui dan memahami unsur-unsur kebudayaan serta
dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/pengertiankebudayaanSupartono
W. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/unsurunsurkebudayaan
BAHASA INDONESIA , MAKALAH