1. Candi Prambanan
merupakan candi hindu yang cukup terkenal baik di dalam negeri maupun luar negeri. Bisa dikatakan bahwa Candi Prambanan merupakan candi hindu terbesar di Asia Tenggara. Candi peninggalan kerajaan Mataram Hindu ini berada di Prambanan, Yogyakarta. Menurut penelitian dari ahli sejarah dan arkeolog, Candi Prambanan dibangun sekitar abad ke-9 masehi.
Fungsi
utamanya seperti tempat pemujaan terhadap dewa Siwa. Informasi tersebut di
dapat dari prasasti Siwagraha dalam bahasa sansekerta yang artinya “rumah
Siwa”. Selain itu, di bagian Garbagraha atau bagian utama candi terdapat patung
Siwa Mahadewa setinggi 3 meter.
Candi
prambanan juga memiliki kisah legenda yang cukup terkenal, yakni Roro
Jonggrang. Kisah tersebut bercerita tentang bandung Bondowoso yang berniat
mempersunting Roro Jonggrang. Lamaran tersebut ditolak Roro Jonggrang dengan
halus, caranya dengan meminta syarat yang berat, sehingga dia tidak bisa
diperisteri Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang meminta dibangunkan 1000 candi
dalam semalam, dan Bandung Bondowoso menyanggupinya.
Seluruh
kesaktiannya dikerahkan, sehingga 1000 candi hampir selesai sebelum fajar.
Tetapi Roro Jonggrang menggunakan akalnya untuk membuat suasana seperti fajar.
Lamaran tersebut batal, karena saking marahnya, Bandung Bondowoso mengutuk Roro
Jonggrang menjadi bagian dari Candi Prambanan. Ada yang menyebutkan bahwa
patung Dewi Dhurga yang ada di Candi Prambanan merupakan perwujudan dari Roro
Jonggrang. Itulah sebabnya, Candi Prambanan Juga dikenal seperti Candi Roro
Jonggrang.
2. Candi
Cetho – Karanganyar, Jawa Tengah
Candi Cetho merupakan
candi hindu yang berad di Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasinya tepat berada di
bagian barat pegunungan Lawu 1400 meter dari permukaan laut. Candi hindu ini
dibangun sekitar abad ke-15 masehi atau pada saat zaman Majapahit akhir. Pada
awalnya candi ini terkubur diantara tanah dan reruntuhan. Maka dilakukanlah
upaya penggalian dan rekonstruksi terhadap Candi Cetho.
Program
tersebut pertama kali dimulai pada tahun 1928, dimana proses penggalian dan
rekonstruksi dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda melalui Dinas Purbakala
Hindia Belanda. Hal tersebut tertuang dalam tulisan Van de Vlies ada tahun 1842
dan dipertegas oleh penelitian A.J. Bernet Kempers. Setelah proses penggalian
dan rekonstruksi, ditemukan beberapa fakta menarik tentang Candi Cetho.
Pertama,
usia Candi Cetho hampir sama denga usia dari Candi Sukuh yang brada di dusun
Cetho, desa Gumeng, Karanganyar. Kedua, Candi Cetho dibangun dengan konsep
candi berundak yang terdiri dari 9 undakan. Ketiga, candi ini memiliki gapura
berjenis gapura bentar diantara jalan masuk candi, disana juga terdapat
sepasang arca penjaga di kanan kiri. Keempat, terdapat dua aras/halaman candi,
dimana aras pertama berfungsi untuk pelataran candi dan aras kedua merupakan
tempat petilasan leluhur masyarakat Cetho, yakni Ki Ageng Krincingwesi.
3. Candi Sukuh – Karanganyar, Jawa
Tengah
Candi Sukuh letaknya
tidak jauh dari lokasi berdirinya Candi Cetho. Karena lokasinya masih berada di
dusun Cetho, desa Gumeng, Karanganyar. Ara eneliti dan arkeolog seakat bahwa
Candi Sukuh juga merupakan candi peninggalan hindu di Indonesia. Salah satu
ciri yang bisa membuktikannya merupakan adanya tempat pemujaan berupa Lingga
dan Yoni. Menurut para ahli, keduanya mempunyai simbol yang mengarah pada
simbol-simbol seksualitas.
Selain dari
itu, berdasarkan penelitian, ditemukan beberapa fakta tentang Candi Sukuh.
Pertama, candi ini merupakan candi terkecil di Jwa Tengah. Ukuran luas
kompleksnya juga tergolong sempit dan bentuk candinya kecil. Kedua, bentuk dan
arsitekturnya sederhana dengan model bangunan yang cenderung lebih mirip dengan
kuil suku maya di Meksiko, suku inca di Peru dan piramida di mesir. Sehingga
Candi sukuh termasuk dalam candi hindu di indonesia yang mempunyai arsitektur
unik.
4. Candi Dieng – Wonosobo, Jawa Tengah
Candi Dieng
juga termasuk candi hindu yang berada di daerah dataran tinggi. Candi ini
berada di derah dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Menurut enelitian, Candi
dieng dibangun ada masa kerajaan Mataram Hindu dengan ciri terdapat arca Dewa
Siwa, Dewa Wisnu, Agatsya dan juga Ganesha. Dieng sendiri diambil dari bahasa
sansekerta yaitu “Dihyang” yang artinya merupakan tempat arwah para leluhur.
Dalam area
candi Dieng, terdapat beberapa kompleks candi. Salah satu keunikan dari
kompleks-kompleks candi tersebut ada pada penamaannya. Nama-nama yang digunakan
berasal dari nama tokoh-tokoh wayang purwa dalam cerita Mahabarata. Ada candi
Arjuna, candi Gatotkaca, candi Dwarawati, candi Bima, candi Semar, candi
Sembadra, candi Srikandi dan juga candi Puntadewa.
Nama
tersebut merupakan nama pemberian masyrakat sekitar setelah candi tersebut
tidak lagi digunakan untuk ritual keagamaan. Jadi tidak ada hubungannya dengan
bentuk bangunan atau sejarah lainnya dibalik nama-nama tersebut. Hingga saat
ini keadaan candi tersebut masih dalam kondisi baik dan beberapa kali masih
digunakan seperti objek enelitian oleh sejarawan dan arkeolog.
5. Candi Gedong Songo – Semarang, Jawa
Tengah
Candi Gedong
Songo terletak di desa Candi, kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Candi
ini termasuk candi hindu yang dibangaun sekitar abad ke-9 masehi pada zaman
Mataram Hindu, tepatnya pada periode Wangsa Sailendra. Candi Gedong Songo
pertama kali ditemukan oleh thomas Stamford Raffles pada tahun 1840. Ketika itu
ia sedang melakukan penelitian di gunung Ungaran, Ambarawa 1200 meter di atas
permukaan laut. Hasilnya, di temukanlah kompleks Candi Gedong Songo dengan
jumlah candi sebanyak 9 buah.
Sehingga
penamaan Gedong Songo diambil dari jumlahnya tersebut. Gedong artinya bangunan
dan Songo artinya sembilan, jadi Gedong Songo merupakan bangunan (candi) yang
berjumlah sembilan. Tidak hanya itu saja, penelitian tersebut menghasilkan
beberapa fakta menarik seputar candi hindu di Indonesia ini. Pertama, Candi
Gedong Songo mempunyai banyak kesamaan dengan Candi Dieng di Wonosobo. Kedua,
Candi Gedong Songo merupakan kompleks candi untuk pemujaan terhadap tiga dewa
Hindu. Hal tersebut dapat dilihat dari aksen bangunan candi yang mengandung unsur
pemujaan terhadap Brahma, Wisnu dan Siwa.
6. Candi Penataran – Blitar, Jawa Timur
Candi
Penataran termasuk salah satu candi hindu di Indonesia yang berada di Jawa Timur.
Candi ini berada di desa Penataran, kecamatan Nglegok Blitar, tepatnya di
daerah gunung Kelud 450 meter di atas permukaan laut. Candi Penataran merupakan
candi hindu berjenis Siwaistik, atau candi pemujaan untuk dewa Siwa saja. Hal
tersebut terlihat dari jenis arsitektur dan juga aksen yang terdapat pada
beberapa bagian candi.
Selain itu
ada beberapa fakta yang menarik dari Candi Penataran. Pertama, candi ini
awalanya tidak bernama Candi Penataran, melainkan Candi Palah. Informasi
tersebut didapat dari prasasti yang ada di bagian candi. Namun karena berada di
desa Penataran, maka disebutlah seperti Candi Penataran. Kedua, candi Penataran
merupakan kompleks candi terbesar dan termegah di Jawa Timur.
Berdasarkan
prasasti yang sama, ditemukan juga satu fakta tentang usia Candi Penataran.
Candi ini memiliki usia sekitar 1200 tahun. Artinya, Candi Penataran ini
dibangun pada masa raja Srengga dari kerajaan Kediri. Bahkan pada masa raja
Wirakramawardhana di era Majapahit sekitar 1415 masehi, candi ini masih dipergunakan
untuk pemujaan terhadap Dewa Siwa.
7. Candi Kidal – Malang, Jawa Timur
Candi Hindu
di Indonesia - Candi Kidal
Candi Kidal
merupakan candi hindu peningglan kerajaan Singosari yang berada di Malang, Jawa
Timur. Berbeda dengan candi pada umumnya, Candi Kidal tidak dibangun untuk
pemujaan dewa semata. Tetapi pembangunan candi ini lebih kepada penghormatan
terhadap raja Anusapati, raja kedua kerajaan Singosari. Sebab ada zaman raja
Anusapati, Singosari sempat merengkuh kejayaan dan kemakmuran selama 20 tahun.
Kekuasaannya berakahir setelah Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya saat kudeta
perebutan kerajaan Singosari.
Hal tersebut
sering dikaitan dengan kutukan dari Mpu Gandring pada Anusapati. Bahwa tepat
setelah puncak kejayaannya, Anusapati akan meninggal. Kutukan tersebut
benar-benar terbukti dan menjadi legenda yang abadi. Candi ini dibangun sekitar
1248 masehi atau sudah berumur sekitar 768 tahun. Karena usianya yang sudah
cukup tua, Candi Kidal dipugar untuk perawatan pada tahun 1990 yang lalu.
Hingga saat ini belum dilakukan pemugaran lagi terhadap candi hindu di
Indonesia ini.
8. Candi Pringapus – Temanggung, Jawa
Timur
Candi Pringapus
terletak di desa Pringapus, kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah.
Lokasinya cukup jauh dari pusat kota Temanggung, yakni 22 km ke arah barat.
Candi ini termasuk candi beraliran hindu Siwaistik atau candi hindu yang
digunakan untuk pemujaan terhadap Dewa Siwa saja. Ciri-ciri tersebut dapat
dilihat dari beberapa bagian dari Candi Pringapus. Selain itu penyataan
tersebut juga tertuang dalam isi prasasti yang ada di areal candi.
Sedangkan
dari relief yang ada di dinding candi, ditemukan juga beberapa fakta tentang
Candi Pringapus. Dimana candi hindu di Indonesia ini dibangun berdasarkan
replika gunung Mahameru. Seperti yang kita ketahui, mahameru merupakan gunung
yang dipercaya seperti tempat berdiam para Dewa. Tandanya merupakan adanya
aksen hiasan antefik dan juga relief hapsara hapsari yang merupakan perwujudan
dari manusia setengah dewa.
9. Candi Cangkuang – Garut, Jawa Barat
Candi
Cangkuang merupakan candi hindu pertama dan satu-satunya yang berada di tatar
sunda. Candi ini berada tepat di daerah Kampung Pulo, Cangkuang, Leles, Garut,
Jawa Barat. Persisnya di sebelah makam Mbah DalemArief Muhammad yang merupakan
leluhur sekaligus sesepuh islam di dusun Kampung Pulo, desa Cangkuang.
Cangkuang sendiri merupakan nama dari sebuah daun yang sering digunakan
masyarakat sekitar. Biasanya digunakan untuk membuat tikar, tudung atau
pembungkus.
Candi ini
pertama kali ditemukan di tahun 1966-1968 oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka
Tjandrasasmita. Penelitian ini didasarkan pada tulisan Vorderman dalam buku
Notulen Bataviaasch Genotschap yang terbit tahun 1893. Dari enelitian tersebut
ditemukan adanya arca Siwa di bagian tengah reruntuhan candi. Itu artinya candi
tersebut meruakan candi hindu dari sekte Siwaistik, atau pemuja Dewa Siwa. Saat
digali, hanya terdapat sekitar 40% batuan candi asli, sehingga diutuskan untuk
dilakukan pemugaran dan rekonstruksi candi.
Pemugaran
terhadap candi dilakukan pada tahun 1974-1975. Setelah itu barulah dilakukan
rekonstruksi yang dimulai pada tahun 1976, dimana rekonstruksi menggunakan 40%
batu asli candi dan sisanya dilngkapi dengan semen, koral, pasir dan besi.
Setelah direkonstruksi, bangunan Candi Cangkuang berdiri kokoh di atas pondasi
seluas 4,5 x 4,5 meter dengan tinggi pondasi sekitar 30 cm. Menurut kesimpulan
peneliti, Candi Cangkuang berdiri sejak abad 8 masehi pada masa Purnawarman
dari Tarumanegara dan awal kerajaan Pajajaran.
10. Candi Arca Gupolo – Sleman,
Yogyakarta
Candi Arca
Gupolo merupakan candi hindu yang terdiri dari kumpulan 7 buah arca. Arca-arca
tersebut memiliki ciri yang sama dengan arca hindu kebanyakan. Salah satunya merupakan
arca agastya yang berukuran 2 meter. Meski terlihat sudah rusak namun gambar
trisulanya masih terlihat. Seperti yang sudah diketahui, trisula adalak ciri
khas Dewa Siwa. Selain itu terdapat juga arca-arca dewa hindu yang dibuat dalam
posisi duduk bersila.
Candi Arca
Gupolo yang berada di kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta ini
memiliki sumur mata air jernih didekatnya. Sumur tersebut tidak pernah kering
meski saat musim kemarau panjang. Sehingga airnya digunakan penduduk sekitar
untuk memenuhi
kebutuhan
sehari-hari. Ada sebuah kisah legenda yang menyebutkan bahwa nama Gupolo merupakan
nama patih dari raja Ratu Boko. Ratu Boko (Candi Ratu Boko) sendiri merupakan
ayah dari dewi Roro Jonggrang (Candi Prambanan). Jadi masih ada hubungan antara
ketiga candi hindu tersebut.
11. Candi Gunung Sari – Magelang, Jawa
Tengah
Candi Gunung
Sari merupakan candi hindu di indonesia yang beraliran Siwaistik. Jadi cand ini
melakukan pemujaan terhadap dewa Siwa saja. Candi Gunung Sari sendiri berada di
dataran tinggi, teatnya di Gunung Wukir, desa Gulon, kecamatan Salam, Magelang,
Jawa Tengah. Selain candi tersebut, disana juga ditemukan prasasti Canggal yang
isisnya bercerita tentang latarbelakang candi tersebut. Diantaranya merupakan
usia candi tersebut yang jauh lebih tua dari Candi Gunung Wukir yang ada di
dekatnya.
12. Candi Gunung Wukir – Magelang, Jawa
Tengah
Candi Gunung
Wukir merupakan candi hindu yang masih berlokasi sama dengan Candi Gunung Sari.
Candi ini memiliki usia lebih muda dari candi sari, namun kondisinya tidak
begitu bagus. Banyak reruntuhan yang tidak terekonstruksi secara sempurna.
Diperkirakan ada banyak bagian yang hilang dari Candi Gunung Wukir ini. Jika
dilihat dari reruntuhannya, kompleks candi ini memiliki luas 50m x 50m.
Berdasarkan jenis batuan yang digunakan, yakni batu andesit, maka perkiraan
umur dari cand ini merupakan 732 tahun. Diantara reruntuhan tua tersebut
ditemukan juga rasasti canggal, altar yoni, ptung lingga dan patung Andini
(lembu betina).
13. Candi Asu – Magelang, Jawa Tengah
Candi Asu
merupakan candi hindu di indonesia yang juga berada di Magelang, tepatnya di
kelurahan Sengi, kecamatan Dukun. Letak candi ini tidak jauh dari Candi Ngawen,
yakni hanya sekitar 11 km ke arah utara. Sedangkan disekitar candi Asu juga
terdapat candi hindu lainnya yakni Candi Pendem dan Candi Lumbung. Asal muasal
nama Asu sendiri berasal dari penamaan warga sekitar terhadap salah satu patung
yang berada di candi tersebut. Karena bentuknya sekilas seperti anjing maka
dinamakan asu. Padahal itu merupakan patung Anandi yang merupakan lembu betina
tunggangan Dewa Siwa.
Sedangkan
untuk penamaan Candi Lumbung karena dahulu kala, candi tersebut dipercaya seperti
lumbung atau tempat menyimpan padi. Sehingga candi tersebut dinamakan Candi
Lumbung. Sedangkan untuk Candi Pendhem dilihat dari posisinya yang terbenam ke
dalam tanah. Maka warga sekitar sepakat menamakannya Candi Pendhem. Ketiga
candi tersebut menghada ke barat dengan masing-masing merupakan candi kecil.
Letak dari candi tersebut merupakan di bagian tepi sungai Pabean, dekat lereng
Merapi. Selain Candi Asu, di areal kompleks tersebut ditemukan juga dua
prasasti, yakni prasasti Sri Manggala I dan Sri Manggala II.
14. Candi Sambisari – Sleman, Yogyakarta
Candi
sambisari termasuk candi hindu di Indonesia yang tergolong unik. Betuk dari
candi yang berada di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta ini berbentuk
seperti puzzle. Dimana bagian dar bangunannya menyerupai balok-balok bagian
batu yang tertimbun reruntuhan batu vulkanik akibat letusan gunung Merapi pada
abad ke-11. Keberadaan candi ini diketahui pertama kali pada tahun 1966 oleh
petani desa Sambisari. Letak dari batuan candi ini berada di kedalaman 6,5
meter dari permukaan tanah. Sehingga saat itu dilakukan penggalian untuk menemukan
reruntuhan candi Sambisari.
Secara
fisik, luas kompleks Candi Sambisari berukuran 50 m x 48 m. Pada bagian luar
candi dikelilingi oleh tembok batu berderet membentuk bidang kotak. Kemudian di
bagian tengahnya terdapat tiga candi perwara atau candi pendamping dan satu
candi utama. Di bagian dinding batu tersebut terdapat beberapa relief
berukirkan patung-patung bernuansa hidu. Di bagian utara ada patung Durga, di
bagian selatan ada patung Agastya, di bagian timur ada patung Ganesha,
sedangkan di bagian barat terdapat dua patung penjaga, yakni patung Mahakala
dan Nandiswara. Dibagian candi utama terdapat lingga dan yoni yang berukuran
cukup besar.
15. Candi Jago – Malang, Jawa Timur
Candi Hindu
di Indonesia - Candi Jago
Candi Jago
merupakan candi hindu yang berada di Tumpang, Malang, Jawa Timur. Menurut
penelitian, candi ini didirikan pada abad ke-13 masehi pada masa kerajaan
Songosari. Bagian atap dari candi ini rusak sebagian, konon kerusakan tersebut
diakibatkan oleh sambaran petir. Dalam dinding candi Jago terdapat dua cerita
relief yang menjadi dasar pendirian candi, yakni relief Kunjakarna dan
Pancatantra. Dimana kisah tersebut bercerita tentang kisah-kisah fabel,
pencarian dewa dan juga pernikahan Arjuna dengan Dewi Suparba.
Selain
relief-relief, dibagian tengah candi terdaapt prasasti Arca Manjusri. Dimana
dalam isi prasasti tersebut diungkapkan tentang pembangunan candi tersebut.
Mulanya candi ini didirikan oleh Raja Kertanegara untuk memberi penghormatan
pada ayahnya Raja Wisnuwardana. Kemudian raja berikutnya, yakni Raja
Adityawarman meneruskan pembangunannya dengan menambahkan Arca Manjusri di
tengahnya. Di candi ini juga terdapat beberapa cerita tentang Budha,
kemungkinan ini merupakan pengaruh dari agama budah yang merupakan agama baru
yang menyebar ke Singosari.
Candi
peninggalan agama Budha dapat diidentifikasi dari beberapa ciri yang
membedakannya dengan candi Hindu. Ciri-ciri tersebut dapat kita lihat mulai
dari adanya stupa pada puncak candi, terdapatnya arca Budha, adanya relief yang
mengkisahkan ajaran Budha, dan bentuk bangunannya yang bertingkat.
Candi Peninggalan Agama Budha
1. Candi Borobudur Candi Borobudur merupakan
candi peningalan agama Budha yang sudah tersohor seperti salah satu dari 7
keajaiban dunia. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah tepatnya berada
100 km arah Barat Daya kota Semarang atau 40 km arah Barat Laut kota
Yogyakarta. Candi yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 800-an Masehi pada
masa wangsa Sailendra dari kerajaan Mataram ini berbentuk punden berundak
dengan 9 tingkatan, dimana 6 tingkat bagian bawah berbentuk bujur sangkar,
sedang 3 tingkat di atasnya berbentuk bundar.
2. Candi Mendut Candi peninggalan agama
Budha selanjutnya merupakan Candi Mendut. Candi ini terletak di Kecamatan
Mungkid, Magelang-Jawa Tengah. Candi Mendut diperkirakan dibuat pada 824
Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Indra di dinasti Syailendra.
Arkeolog Belanda, J.G. de Carparislah yang menemukan jejak keberadaan candi ini
pertama kali pada tahun 1908. Candi Peninggalan Agama Budha
3. Candi Ngawen Candi Ngawen merupakan
sebuah candi Budha yang terletak di desa Ngawen, Muntilan, Magelang.
Berdasarkan perkiraan, candi Ngawen dibangun pada masa kekuasaan wangsa
Syailendra atas Kerajaan Mataram Kuno. J.G. de Carparislah, seorang arkeolog
Belanda meyakini jika candi Ngawen ini merupakan candi yang disebutkan dalam
prasasti Karang Tengah seperti candi suci bernama veluvana. Candi Peninggalan
Agama Budha
4. Candi Lumbung Candi Lumbung terletak
di kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, tepatnya berada di sebelah candi
Bubrah. Berdasarkan perkiraan, candi ini dibuat pada abad ke-9 Masehi di masa
Kerajaan Mataram Kuno. Candi Lumbung merupakan kumpulan dari suatu kompleks
candi utama bertema candi Buddha yang cukup banyak dikunjungi para wisatawan
mancanegara. Candi Peninggalan Agama Budha
5. Candi Banyunibo Candi Banyunibo merupakan
candi peninggalan agama Budha yang berdiri kokoh tidak jauh dari kompleks Candi
Ratu Boko. Candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke 9 Masehi ini memiliki
sebuah stupa di bagian atasnya yang merupakan ciri khas dari candi bercorak
Budha. Candi Peninggalan Agama Budha
6. Candi Muara Takus Candi Muara Takus
merupakan satu-satunya candi peninggalan agama Budha yang berada di luar Jawa.
Candi ini terletak di desa Muara Takus, Riau-Indonesia, tepatnya berada 134 km
arah Barat kota Pekanbaru. Di dalam kompleks candi ini, terdapat pula bangunan
Candi Bungsu, Candi Tua, dan Mahligai Stupa. Bahan utama pembuatan bangunan
candi ini ternyata berbeda dengan candi-candi yang ada di Pulau Jawa. Ia
terbuat dari bahan batu sungai, batu pasir, dan batu bata. Candi Peninggalan
Agama Budha
7. Candi Brahu Candi Brahu merupakan
candi peninggalan agama Budha yang pada masa lampau digunakan seperti tempat
pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja Kerajaan Brawijaya. Dalam prasasti
Alasantan, candi yang didirikan pada abad 10 Masehi ini disebut seperti
bangunan suci umat Budha. Kendati demikian tak seperti candi-candi peninggalan
agama Budha lainnya, candi ini tidak dilengkapi satu stupa-pun dalam
bangunannya. Candi Peninggalan Agama Budha
8. Candi Sewu
Candi Sewu merupakan candi Buddha yang berada di dalam kompleks candi
Prambanan (hanya beberapa ratus meter dari candi utama Roro Jonggrang). Candi
Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai
Panangkaran (746 – 784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar
setelah candi Borobudur, sementara candi Roro Jonggrang merupakan candi
bercorak Hindu.
Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan
dibuat oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu
satu malam saja, seperti prasyarat untuk bisa memperistri dewi Roro Jonggrang.
Namun keinginannya itu gagal karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya
masih kurang satu.
9. Candi Sumberawan
Candi Sumberawan hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di Kecamatan
Singosari, Malang. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini
Merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari dan digunakan oleh umat Buddha pada
masa itu.
Candi Sumberawan terletak di desa Toyomarto, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang, +/- 6 Km, di sebelah Barat Laut Candi Singosari, candi ini
dibuat dari batu andesit dengan ukuran P. 6,25m L. 6,25m T. 5,23m dibangun pada
ketinggian 650 mDPL, di kaki bukit Gunung Arjuna. Pemandangan di sekitar candi
ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening
airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan. Ciri-cirinya:
Candi ini terdiri dari kaki dan badan yang berbentuk stupa. Pada batur
candi yang tinggi terdapat selasar, kaki candi memiliki penampil pada keempat
sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa yang terdiri atas lapik bujur
sangkar, dan lapik berbentuk segi delapan dengan bantalan Padma, sedang bagian
atas berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang.